BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen
strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan antara seni dan ilmu dalam hal
mengformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan–keputusan
lintas fungsi, yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya di
masa datang. Secara tidak langsung definisi manajemen strategi adalah
menyatukan atau menggabungkan manajemen pemasaran, keuangan, produksi,
penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan suatu organisasi.
Maka dari itu
implementasi strategi dibutuhkan suatu perusahaan untuk menghasilkan tujuan
tahunan, menciptakan policy, motivasi pekerja dan mengalokasi sumber daya
sehingga strategi yang sudah diformulasikan sudah bisa dilaksanakan. Implementasi
strategi mengandung unsur-unsur pengembangan suatu budaya strategi yang
sportif, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mencari peluang baru
dalam pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan menggunakan sistem
informasi dan menghubungkan kompensasi pekerja dengan pelaksana organisasi.
Implementasi strategi seringkali disebut tingkat aksi dari manajemen strategi.
Implementasi strategi dimaksudkan untuk memobilisasi pekerja dan manajer untuk
melaksanakan strategi yang sudah diformulasikan ke dalam aksi. Sering kali
disebut sebagai tingkat tersulit dalam manajemen strategi, sebab implementasi
strategi membutuhkan disiplin, komitmen dan pengorbanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraianlatarbelakang
diatas, makarumusanmasalah yang dipaparkanadalah :
- Apa definisi implementasi
strategi?
- Siapa yang
mengimplementasi strategi?
- Apa yang dilakukan
dalam implementasi strategi?
4. Bagaimana Strategi Diimplementasikan Dan Mengorganisasikan Tindakan ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah
untuk mengetahui :
- Penjelasan mendasar tentang implementasi
strategi
- Penjelasan mengenai siapa saja yang harus mengimplentasi strategi
- Penjelasan
bagaimana strategi dapat diimplementasikan dan mengorganisasikan tindakan
D. Kegunaan Makalah
Manfaat yang diharapkan dari karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
- Bagi penulis, karya ilmiah ini
merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan dapat mempertajam daya
pikir serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.
- Bagi masyarakat, diharapkan akan
melengkapi keilmuan bagi kemajuan dan pengembangan dimasa yang akan
datang.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunkan
pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui
metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
konprehensif. Data teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data
tersebut diolah dengan teknik analitis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks makalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Implementasi
Strategi
Implementasi
Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk
dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses
dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi
merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategic. Perumusan strategi dan
implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Untuk
memulai proses implementasi, maka para pembuat strategi harus memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.
Siapa
orang yang akan melaksanakan perencanaan strategik
2.
Apa
yang harus dilakukan untuk meluruskan beberapa petunjuk operasi baru yang
diharapkan perusahaan
3.
Bagaimana
cara membuat agar setiap orang mau melakukan dengan baik apa yang diinginkan.
Pertanyaan-pertanyaan
dan salah satunya yang mungkin mirip dengan ini mungkin akan dibicarakan pada
awalnya ketika beberapa alternatif strategi pro dan kontra telah dianalisis.
Para pembuat keputusan harus
membicarakan lagi sebelum menyediakan beberapa perencanaan implementasi yang
akan dibuatnya. Strategi terbaik yang direncanakan dengan tepat mungkin tidak
memberikan hasil seperti ang diinginkan, kecuali kalau manejemen puncak dapat
menjawab beberapa pertanyaan mendasar diatas dengan memuaskan.
Survei
terhadap 93 perusahaan Fortune 500 menunjukkan bahwa lebih dari setengah
perusahaan-perusahaan tersebut mengalami sepuluh masalah ketika mereka berusaha
mengimplementasikan sebuah perubahan strategis. Masalah-masalah ini didaftar
berdasarkan tingkat frekuensi kejadiannya sebagai berikut :
1.
Implementasi
berjalan lebih lambat dari perencanaan awalnya
2.
Muncul
masalah-masalah utama yang tidak dapat diantisipasi
3.
Aktivitas-aktivitas
dikoordinasi dengan kurang efektif
4.
Persaingan
aktivitas dan krisis yang menarik perhatian dalam implementasi
5.
Para pekerja yang terlibat, kemampuannya kurang memadai
untuk melkukan pekerjaan mereka
6.
Para pekerja tingkat bawah kurang mendapat pelatihan
gang memadai
7.
Terciptanya
masalah-masalah karena faktor linngkungan eksternal yang kurang terkontrol
8.
Para manajer departemen kurang memadai dalam menyediakan
kepemimpinan dan pengarahan
9.
Beberapa
tugas dan aktivitas implementasi kunci kurang dinyatakan dengan baik
10. Sistem informasi kurang memadai untuk
memonitor beberapa aktivitas.
Hampir
semua problem ini dialami oleh Pepsico dalam ekspansinya di Brazilian, kecuali
satu problem yang pertama. Persiapan, dorongan dan tujuan dari budaya
perusahaan Pepsico tidak akan memberikan tolerensi pertimbangan terhadap suatu
proses implementasi yang lamban. Kebanyakan masalah-masalah perusahaan
Brazilian mengakibatkan kurang relanya perusahaan untuk mengimplementasikan
semua strateginya, kecuali kalau kecepatannya sangat berbahaya.
B.
Siapa Yang
Mengimplementasikan Strategi ?
Tergantung
bagaimana korporasi diorganisir, pihak yang terlibat dalam mengimplementasikan
strategi mungkin akan lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang merumuskan
strategi. Pada sebahagian besar perusahaan multi industri pelaksana strategi
adlah setiap orang yang ada dalam organisasi. Para wakil presiden bidang fungsional
dan direktur divisi atau unit bisnis strategis (SBU) bekerjasma dengan bawahan
mereka untuk mengimplementasikan seluruh rencana tersebut secara khusus, terinci, dan dalam skala yang
lebih kecil menurut pabrik, departemen, dan unit yang mereka pimpin, sehingga
setiap manajer operasional harus mampu mengawasi lini pertama dan untuk
mendukung hal tersebut, setiap karyawan dilibatkan dalam berbagai proses
implementasi strategi yang ada, baik pada tingkat korporasi, unit bisnis,
maupun fungsional.
Banyak orang
dalam organisasi yang memegang peranan penting dalam menentukan suksesnya
implementasi strategi, yang justru mungkin hanya lebih sedikit dilibatkan dalam
mengembangkan strategi perusahaan. Oleh karena itu, mereka cenderung akan
menolak untuk bekerja dan menyediakan data yang diperlukan dalam perumusan
proses kerja sebuah perencanaan strategis. Penolakan dan keengganan untuk
berpartisipasi akan makin terlihat apabila perubahan misi, tujuan, strategi dan
kebijakan-kebijakan penting perusahaan tidak dikomunikasikan dengan jelas dan
transparan kepada seluruh manajer operasional. Para manajer operasional
berharap dapat mempengaruhi manajemen puncak untuk meninggalkan perubahan baru
yang direncanakan dan mulai kembali dengan cara yang lama. Itulah sebabnya untuk
menghindari terjadinya kemungkinan buruk tersebut, sangat mungkin untuk
melibatkan manajer tingkat menengah
dalam seluruh proses, baik dalam proses perumusan maupun implementasinya untuk
mencapai kinerja organisasi yang lebih baik.
C.
Apa yang harus Dilakukan?
Para
manajer divisi dan wilayah fungsional harus bekerjasama dengan rekan manajer
yang lainnya dalam mengembangkan program, anggaran dan prosedur untuk mendukung
implementasi strategi. Merek juga harus bekerja sama untuk mencapai sinergi
diantara berbagai divisi dan wilayah fungsional agar mampu menciptakan dan
memelihara kompetensi khusus perusahaan.
1. Mengembangkan Program,
Anggaran dan Prosedur
a.
Program
Tujuan dari program adalah untuk
membuat tindakan-berorientasi pada strategi. Misalnya, Ajax Continental telah
memilih integrasi vertical ke hilir sebagai strategi terbaiknya untuk
pertumbuhan. Ajax Continental membeli toko eceran (retail outlet)
perusahaan yang lain (Jones Surplus) daripada membangun sendiri. Untuk
mengintegrasikan toko-toko baru tersebut ke dalam perusahaan, berbagai program
baru telah dikembangkan, diantara adalah sebagai berikut :
1) Program
restrukturisasi untuk mengalihkan toko-toko Jones Surplus ke dalam rantai
komando pemasaran Ajax Continental agar para manajer toko melapor kepada para manajer wilayah, manajer
wilayah melapor kepada manajer barang dagangan, dan manajer barang dagangan
melapor kepada wakil presiden yang mengepalai pemasaran.
2) Program
periklanan (Jones Surplus kini merupakan bagian dari Ajax Continental, “Harga lebih murah, pilihan lebih banyak”).
3) Program
pelatihan untuk para manajer toko yang baru disewa dan untuk pelatihan ini
tetap dipilih kerjasama dengan para manajer Jones Surplus.
4) Program
untuk mengembangkan prosedur pelaporan akan mengintegrasikan toko-toko Jones
Surplus dalam system akuntansi Ajax Continental.
5) Program
modernisasi toko-toko Jones Surplus dan mempersiapkan untuk pembukaan mereka
secara resmi.
b. Anggaran
Proses anggaran
dimulai setelah program dikembangkan. Perencanaan sebuah anggaran merupakan
pengecekkan akhir yang nyata dari sebuah korporasi terhadap kelayakan strategi
yang dipilihnya. Sebuah strategi yang ideal mungkin ditemukan menjadi tidak
praktis hanya setelah program-program implementasi khusus dibiayai secara
rinci.
c. Prosedur
Setelah anggaran
diprogram, divisional dan perusahaan disetujui, maka prosedur operasi standar
harus dikembangkan. Mereka merinci secara khusus berbagai aktivitas yang harus
dilaksanakan untuk menyempurnakan program-program korporasi. Disamping itu,
mereka harus diperbaharui untuk mewakili beberapa perubahan teknologi seperti
yang ada dalam strategi. Dalam kasus akuisisi Ajax Corporation terhadap
toko-toko eceran Jones Surplus, prosedur-prosedur operasi baru harus dibangun
seperti : toko-toko promosi, pemesanan persediaan, pemilihan barang dagangan,
hubungan pelangggan, fasilitas belanja kredit, distribusi gudang penyimpanan,
harga, batas pembayaran melalui cek giro, penanganan keluhan pelanggan, serta
promosi dan kenaikan berkala jabatan karyawan. Prosedur-prosedur ini akan
memastikan bahwa operasional harian toko akan selalu tetap dan stabil sepanjang
waktu (yaitu aktivitas minggu yang akan datang akan sama dengan aktivitas
minggu ini) dan konsisten diantara toko-toko yang lainnya (misalnya tiap toko
akan beroperasi pada standar pelayanan yang sama seperti yang lainnya).
2. Mencapai
Sinergi
Salah satu tujuan yang harus
dicapai dlam implementasi strategi adalah sinergi diantara berbagai fungsi dan
unit bisnis yang ada. Hal ini merupakan alasan mengapa banyak perusahaan pada
umumnya melakukan reorganisasi setelah melakukan akuisisi. Sinergi dikatakan
ada bagi korporasi divisional jika pengembalian investasi (ROI) pada
masing-masing divisi lebih besar daripada pengembalian yang diperoleh oleh
divisi-divisi tersebut ketika terpisah sebagai unit bisnis yang mandiri
(Vasconcellons, 1990:11). Akuisisi atau pengembangan dengan penambahan lini
produk baterai sering dijadikan alas an untuk mendapatkan keunggulan dalam
bidang fungsional tertentu dalam sebuah perusahaan. Contoh, Ketika Ralston
Purina mengakuisisi lini produk Carbide Eveready dan Energizer, para pimpinan
Ralston berargumen bahwa dengan melakukan akuisisi tersebut perusahaan Ralston
akan memperoleh margin keuntungan lebih besar dalam lini produk baterai
daripada Union Carbide karena keahlian Ralston dalam mengembangkan dan
memasarkan merek produk-produk konsumen. Ralston Purina menganggap bahwa proses
akuisisi akan mampu membuat harga baterai lebih murah karena ada keunggulan
sinergi dalam periklanan, promosi dan distribusi.
D.
Bagaimana Strategi
Diimplementasikan &Mengorganisasikan
Tindakan ?
Sebelum
perencanaan dapat menunjukkan kinerja secara actual, perusahaan harus
diorganisir dengan baik, program harus melibatkan staf dengan memadai, dan
aktivitas harus diarahkan untuk mencapai lingkup tujuan yang diinginkan.
Beberapa perubahan dalam strategi perusahaan nampaknya sangat memerlukan
beberapa jenis perubahan dalam hal organisasi yang disusun dan berbagai jenis
keterampilan yang dibutuhkan pada beberapa posisi yang khusus. Para manajer
harus membahas dengan teliti cara penyusunan perusahaan mereka agar dapat
memutuskan perubahan-perubahan yang harus dibuat dalam langkah kerja secara
sempurna. Apakah aktivitas-aktivitas dikelompokkan secara berbeda ? Apakah
autoritas untuk membuat keputusan kunci disentralisasikan pada pimpinan
pusatatau didesentralisasikan kepada manajer pada beberapa lokasi yang berbeda
? Apakah perusahaan akan dikelola seperti “Pengiriman ketat (tight ship)”
dengan beberapa aturan dan pengawasan atau dengan aturan dan kontrol “yang
longgar (loosy)”. Apakah korporasi akan diatur dalam sebuah struktur
“tinggi (tall)” dengan beberapa lapis manajer, masing-masing memiliki
batas pengawasan yang dekat (yaitu sedikit pekerja pada setiap supervisor)
untuk mengawasi dengan baik bawahannya, atau apakah perusahaan akan diorganisir
ke dalam struktur datar (flat) dengan lapis manajer yang sedikit, dimana
masing-masing memiliki batas kontrol yang luas (yaitu banyak pekerja pada
setiap supervisor) untuk memberikan lebih banyak kebebasan kepada bawahannya.
Struktur
Mengikuti Strategi
Dalam
studi klasik yang secara luas dilakukan oleh
Alfrend Chandler pada perusahaan-perusahaan di Amerika seperti : DuPont,
General Motors, Sears, dan Standar Oil,
telah disimpulkan bahwa struktur mengikuti strategi (structure follows
strategy), yaitu perubahan-perubahan strategi perusahaan menunjukkan
perubahan-perubahan pada struktur organisasi. Chandler juga menyimpulkan bahwa
beberapa orgnisasi juga mengikuti pola pengembangan dari salah satu susunan
struktur yang lainnya seperti yang telah mereka perluas atau mereka kembangkan.
Menurut Chandler, perubahan-perubahan struktur ini terjadi sebagai akibat
struktur yang lama terdesak terlalu jauh karena kurang efisien dan sudah
mengalami banyak kendala bila dipertahankan. Sebagai akibat apa yang terjadi
ini, Chandler mengusulkan hal sebagai berikut :
1. Diciptakannya
sebuah strategi baru
2. Munculnya
beberapa masalah tentang administrasi baru
3. Menurunnya
kinerja ekonomi
4. Ditemukannya
struktur baru yang lebih sesuai
5. Mengembalikan
profit untuk level sebelumnya.
Chandler
menemukan pada tahun-tahun awalnya, perusahaan seperti DuPont, cenderung
memiliki sebuah struktur organisasi fungsional tersentralisasi yang sesuai
dengan lingkup produksi dan tingkat penjualan produk yang terbatas. Ketika
perusahaan menambh lini produk baru, membeli pasokan sumber-sumber daya dan
menciptakan jaringan distribusi sendiri, mereka menjadi terlalu kompleks untuk
struktur yang tersentralisasi terlalu tinggi. Untuk mencpai keberhasilan, jenis
organisasi ini memerlukan perubahan menuju pada struktur yang terdesentralisasi
dengan beberapa divisi yang semi otonomi.
Alfred
P. Sloan, seorang CEO dari General Motors, pada masa lalu telah merinci
bagaimana General Motors membuat perubahan-perubahan struktural pada tahun
1920-an. Ia menganggap bahwa struktur desentralisasi sebagai “pasangan penentu
kebijakan tersentralisasi dengan operasi manajemen desentralisasi”. Setelah
manajemen puncak mengembangkan sebuah strategi untuk korporasi secara
keseluruhan, beberapa divisi secara individual (Chevrolet, Buick dan yang
lainnya) bebas untuk memilih bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut.
Setelah bekerjasama dengan DuPont, General Motors menemukan struktur
Multidivisi yang terdesentralisasi sangat efektif dalam memberikan kebebasan
maksimum dalam mengembangkan produk dengan menggunakan ROI sebagai kontrol
keuangan.
Pada
umumnya penelitian telah mendukung proposisi dari Chandler yang menyatakan
bahwa struktur mengikuti strategi. Sebagaimana yang disebutkan diawal,
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan cenderung mengarahkan
perubahan strategi perusahaan dan pada akhirnya mengarahkan pada
perubahan-perubahan struktur perusahaan. Strategi, struktur dan lingkungan
harus saling berkaitan satu dengan yang lainnya, jika tidak kinerja organisasi
akan hancur. Misalnya unit bisnis mengikuti sebuah strategi diferensial,
memerlukan lebih banyak kebebasan dari atasan untuk mencapai keberhasilannya
dripada unit bisnis lain yang mengikuti strategi biaya rendah.
Meskipun
hal ini disepakati bahwa struktur organisasi harus berbeda dengan kondisi
lingkungan yang berbeda, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sebuah strategi
organisasi. Disini tidak ada kesepakatan tentang suatu desain organisasi yang
optimal. Apa yang cocok untuk DuPont dan General Motors pada tahun 1920-an
mungkin tidak sesuai lagi untuk kondisi sekarang ini. Bagaimanapun
perusahaan-perusahaan dalm industri yang sama cenderung meniru konsep
desentralisasi divisi milik General Motors, sama halnya dengan barang-barang
konsumen (consumer goods) cenderung berusaha melayani manajemen konsep
(sejenis struktur matriks) yang dipelopori oleh perusahaan Procter And Gamble.
Kesimpulan umum yang diperoleh adalah perusahaan-perusahaan yangmenjalankan
strategi yang sama dalam satu industri yang sama cenderung akan mengadopsi
struktur yang sama pula.
Tahap-Tahap Pengembangan Perusahaan
Perusahaan-perusahaan
yang berhasil cenderung mengikuti suatu pola perkembangan structural ketika
mereka tumbuh dan berkembang. Pada permulaannya, dengan struktur perusahaan
yang berhubungan dengan usahawan (structure of entrepreneurial firm)
(dimana setiap orang melakukan sesuatu), mereka biasanya (jika mereka sukses)
memperoleh lebih besar dan mengatur lini fungsional pada departemen pemasaran,
produksi, dan keuangan. Dengan keberhasilan yang berkelanjutan, perusahaan
menambah lini produk baru pada industri yang berbeda dan mengatur sendiri
kedalam divisi-divisi yang berhubungan. Perbedaan diantara ketiga struktur
tahap pengembangan perusahaan meliputi bentuk masalah, tujuan, strategi, system
penghargaan, dan karakteristik lain yang secara khusus dirinci pada table
dibawah.
Tahap I : Struktur
Sederhana
Tahap
pertama ditandai dengan keberadaan usahawan, orang yang mendirikan perusahaan
untuk mewujudkan gagasannya (produk atau jasa). Usahawan cenderung untuk
membuat semua keputusan penting secara perseorangan dan terlibat dalam setiap
bagian paling kecil dan tahapan dalam orgaanisasi. Pada tahap I ini perusahaan
memiliki lebih sedikit struktur formal yang membantu usahawaan mengawasi
langsung berbagai aktivitas setiap karywan. Perencanaan biasanya untuk jangka
pendek dan reaktif. Fungsi khas manajerial dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, penataan staf, dan pengawasan semuanya dibentuk hanya pada tingkat
yang terbatas. Kekuatan perusahaan terbesar pada tahap I adalah fleksibilitas
dan sifat dinamis. Keinginan dan semangat besar wirausahawan memberi energi
kepada organisasi dalam usaha untuk pertumbuhan. Sedangkan lelemahan
terbesarnya adalah ketergantungan yang besar pada wirausahawan dalam membentuk
seluruh organisasi dan prosedurrinci pelaksanaannya. Jika usahawan gagaal untuk mengelola dengan
baik maka perusahaan biasanya akan mengambang dalam kegelapan. Hal ini
berhubungan dengan krisis kepemimpinan.
Tahap
I ini menggambarkan perusahaan Oracle yaitu sebuah perusahaan perangkat lunak
komputer, dibawah manejemen pemiliknya, Lawrence Ellison. Perusahaan tersebut
mempelopori sebuah pendekatan baru untuk menyelamatkan data yang ada, yang
disebut dengan structured query language (SQL). Kesuksesan Oracle
dicapai ketika IBM membuat standar SQL-nya. Namun disayangkan, kejeniusan
teknik dari Ellison tidak cukup untuk mengelola perusahaan. Sering kali ketika
bekerja di rumah, Ellison kehilangan gambaran secara rinci mengenai
pengelolaan perusahaan di luar minat
teknisnya. Meskipun penjualan perusahaan meningkat dengan cepat, pengawasan
keuangan perusahaan sangat lemah sehingga mendorong pihak manajemen untuk
menata ulang keseluruhan pendapatan tahun tersebut untuk memperbaiki
kesemrawutan yang terjadi. Stelah perusahaan mencatat kerugiannya pada tahap
pertama, Ellison menempatkan beberapa manajer fungsional untuk menjalankan
perusahaan tetapi terbatas pada focus pengembangan produk baru.
Tabel
No
|
Fungsi
|
Tahap I
|
Tahap II
|
Tahap II
|
1
|
Pembentukan
:
Problem Utama
|
Bertahan
hidup dan tumbuh berkembang dengan masalah-masalah operasi jangka pendek
|
Pertumbuhan,
rasionalisasi dan ekspansi guna
memperoleh sumber daya, membangun perhatian lebih pada masalah produk
|
Melepaskan
kendali pada manajemen investasi dan pengawasan yang lebih luas, meningkatkan
dan diversifikasi sumber daya juga penting untuk mendiagnosis dan mengambil
tindakan pada maslah-masalh tingkat divisi.
|
2
|
Tujuan
|
Pribadi
dan bersifat subjektif
|
Profit
dan secara fungsional dan berorientasi untuk memenuhi anggaran dan target
kinerja
|
ROI,
profit dan laba per saham (earning per share)
|
3
|
Strategi
|
Implisit
dan bersifat pribadi, mengeksploitasi dengan
cepat peluang yang muncul yang dilihat oleh pemilik-manajer
|
Secara
fungsional gerakan berorientasi terbatas pada lingkup satu produk;
eksploitasi pada satu basis produk atau bisnis jasa
|
Pertumbuhan
dan melakukan diversifikasi produk; eksploitasi pada peluang-peluang bisnis
umum
|
4
|
Organisasi
: Karakteristik struktur utama
|
Satu
unit, satu-menunjuk orang (one-man show)
|
Satu
unit, secara fungsional dibagi-bagi dalam kelompok
|
Staf
kantor umum yang multiunit dan divisi operasi tersentralisasi
|
5a
|
Pengukuran
dan pengawasan
|
Bersifat
pribadi, pengawasan subjektif berdasarkan system akuntansi sederhana serta
komunikasi dan observasi harian
|
Pengawasan
tidak dilakukan oleh satu orang, memerlukan penilaian fungsi operasi,
termasuk system pengawsan terstruktur
|
Sistem
formal yang kompleks disesuaikan dengan ukuran penilaian kinerja yang dapat
diperbandingkan, menunjukkan beberapa peluang dan masalah serta menilai
kemampuan manajemen dari manajer divisi
|
5b
|
Indikator-indikator
kinerja kunci
|
Kriteria
pribadi, fubungan dengan pemilik beroperasi dengan efisien, kemampuan untuk
memecahkan masalah operasi
|
Kriteria
bersifat fungsional dan internal seperti penjualan, kinerja dibandingkan
dengan anggaran, ukuran perusahaan, status dalam kelompok usaha lain,
hubungan pribadi danlain-lain
|
Perbandungan
aplikasi yang lebih bersifat umum seperti profit, ROI, rasio saham terhadap
deviden, penjualan, pangsa pasar, produktivitas, kepemimpinan produk,
pengembangan pribadi, sikap pekerja, tanggung jawab publik
|
6
|
Sistem
penghargaan hukuman
|
Bersifat
informal, pribadi, subjektif, digunakan untuk memelihara pengawasan dan
membagi sumber daya pada kelompok kecil untuk memberikan insentif yang
bersifat pribadi pada karyawan kunci
|
Lebih
terstruktur, biasanya berdasarkan kebijakan yang secara luas disepakati
bersama sebagai lawan dari hubungan dan opini yang bersifat pribadi
|
Penetapan
penghargaan dan hukuman secara formal dan sistematis berdasarkan pada luasnya
berbagai perbedaan tanggung jawab
|
Faktor Yang Membedakan Beberapa Perusahaan Pada Tahap I, II, dan III
Tahap
II : Struktur Sederhana
Tahap
II merupakan batas kewajaran kletika wirausahawan digantikan oleh sebuah tim
manajer yang memiliki spesialisasi fungsional. Transisi untuk menuju tahap ini
membutuhkan sebuah perubahan secara substansi gaya manajerial untuk pimpinan
kantor perusahaan, jika secara khusus ia merupakan wirausahawan pada tahap I.
Ia harus belajar mendelegasikan, agar penambahan jumlah staf dapat memberikan
manfaat kepada organisasi. Contoh sebelumnya dimana Lawrence Ellison mundur
dari manajemen puncak pada Oracle Corporation untuk pengembangan produk baru,
merupakan salah satu cara bahwa pendiri yang memiliki kecerdasan secara teknis
mampu memperoleh cara baru untuk memberdayakan manajer-manajer fungsional.
Sekali masuk pada tahap II, strategi perusahaan mendukung proteksi melalui
dominasi industri, yaitu melalui pertumbuhan vertical dan horizontal. Kekuatan
utama perusahaan yang berada pada tahap II adalah konsentrasi dan spesialisasi
dalam satu industri. Kelemahan utamaa pada tahap II adalah semua investasi berada
dalam satu industri.
Dengan
konsentrasi pada satu industri, sementara industri tersebut masih menarik,
perusahaan yang berada pada tahap II seperti Oracle Corporation pada perangkat
lunak komputer dapat meraih kesuksesan besar. Sekali sebuah struktur fungsional
yang diversifikasi perusahaan masuk pada
produk-produk lain dalam industri yang berbeda, maka keuntungan dari
struktur fungsional akan menghilang. Krisis otonomi akan berkembang, ketika
orang-orang mengelola lini produk yang berbeda membutuhkan lebih banyak
kebebasan dalam pengambilan keputusan dari manajemen puncak yang rela untuk
mendelegasikan kepada mereka. Perusahaan perlu untuk mengubah sebuah struktur
yang berbeda.
Tahap III : Struktur
Divisional
Pada
tahap III, perusahaan memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di berbagai industri
yang dimilikinya dan mendesentralisasikan autoritas pengambilan keputusan.
Organisasi-organisaasi ini tumbuh
melalui berbagai lini produk mereka dan ekspansi untuk melindungi
wilayah geografi yang lebih luas. Mereka mengubah struktur divisional menjadi
satu kantor pusat dan mendesentralisasikan divisi-divisi operasi-setiap divisi
atau unit bisnis merupakan sebuah perusahaan tahap II yang diorganisir secara
fungsional. Mereka juga harus menggunakan struktur konglomerat jika manajemen
puncak memilih untuk melepaskan unit-unit tambahan yang dimilikinya pada tahap
II dengan melakukan operasi secara otonom.
Divisi-divisi
baru ini telah mengembangkan unit bisnis strategic (SBUs) untuk memikirkan
pertimbangan-pertimbangan pasar produk yang lebih baik. Kantor pusat berupaya
untuk mengorganisasikan aktivitas-aktivitas divisinya atau SBUs melalui kinerja
dan system pelaporan dan pengawsan
berorientasi hasil dan teknik-teknik yang menekankan pada perencanaan
perusahaan. Unit-unit ini tidak dikontrol secara ketat tetapi memperoleh
tanggung jawab untuk hasil-hasil kinerja mereka sendiri. Agar menjadi efektif
maka perusahaan harus memiliki sebuah proses keputusan yang terdesentralisasi.
Kekuatan utama dari perusahaan Pada tahap III adalah memiliki sumber daya yang
tidak terbatas. Sementara kelemahan utamanya adalah terletak pada ukuran
perusahaan yang terlalu besar dan kompleks yang cenderung membuat perusahaan menjadi
lamban dan tidak fleksibel. General Electric, DuPont, dan General Motors
merupakan perusahaan yang berada pada tahap III.
Tahap IV : Unit Bisnis
Sistem (SBUs)
Terjadinya
evolusi tahap pengembangan ke dalam unit bisnis strategis selama tahun 1970-an
dan 1980-an, bentuk divisional bukan merupakan kata masa lampau dalam struktur
organisasi. Dengan kondisi-kondisi (1) Meningkatnya ketidakpastian lingkungan
(2) Menggunakan pengalaman yang lebih besar dalam teknologi metode produksi dan
system informasi (3) Meningkatnya ukuran dan lingkup bisnis korporasi ke
seluruh dunia (4) Titik berat yang lebih besar pada strategi kompetitif
multi-industri (5) Lebih banyak mendidik kader manajer dan karyawan,
bentuk-bentuk struktur organisasi baru telah muncul dan berjalan selama akhir
pertengahan abad ke-20. Matriks dan jejaring adalah dua kemungkinan yang
mewakili tahap keempat didalam pengembangan perusahaan-suatu tahap yang tidak
hanya lebih menitikberatkan hubungan horizontal-vertikal diantara orang-orang
dan kelompok, tetapi juga mengatur pekerjaan proyek-proyek sementara
disekitarnya dimana system informasi yang berhubungan mendukung aktivitas
kolaboratif.
Kendala-Kendala Dalam Mengubah Tahapan
Perusahaan
sering menemukan kesulitan sendiri karena mereka dibatasi dari pergerakanuntuk
masuk secara logis ke dalam tahapan pengembangan berikutnya. Kendala
pengembangan mungkin bersifat internal (seperti kurangnya umber daya, kurangnya
kemampuan atau penolakan manajemen puncak untuk mendelegasikan pengambilan
keputusan kepada yng lainnya) atau
mungkin bersifat internal (seperti kondisi ekonomi, kurangnya tenaga kerja dan
kurangnya pertumbuhan pasar). Misalnya Chandler menyatakan dalam studinya bahwa
keberhasilan pendiri perusahaan jarang merupakan orang yang menciptakan struktur
baru yang sesuai dengan strategi baru yang sedang dikembangkan, karena hal ini
merupakan struktur proses transisi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya
sehingga sulit dan menyakitkan. Hal ini merupakan pembemnaran dari General
Motors Corporation di bawah manajemen William Durant, Ford Motor Company
dibawah pendiri Henry Ford I, Polaroid Corporation dibawah pimpinan Edwin Land,
Apple Computer dibawah pimpinan Steven Jobs, dan Hayess Microcomputer Products
dibawah pimpinan Dennis Hayes.
Kesulitan-kesulitan
tersebut diperparah dengan kecenderungan para pendiri perusahaan mengarahkan
kebutuhan untuk mendelegasikan dengan hati-hati perekrutan, pelatihan dan
pembinaaan terhadap tim manajemennya sendiri. Tim ini cenderung mempertahankan
pengaruh para pendiri dalam keseluruhan organisasi, bahkan lama setelah para
pendiri meningggal. Walaupun situasi ini mungkin merupakan kekuatan perusahaan,
hal tersebut mungkin juga dapat merupakan kelemahan-yaitu membentuk budaya yang
mendukung keadaaan tetap pada suatu saat tertentu (status quo) dan menolak
perubahan yang dibutuhkan.
BAB 3
KESIMPULAN
·
Implementasi strategi adalah jumlah
keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan
perencanaan strategis.
·
Pihak yang
terlibat dalam mengimplementasikan strategi setiap orang yang ada dalam organisasi.
· Mengembangkan program,
anggaran, prosedur, mencapai sinergi serta melakukan berbagai tahapan dalam bagaimana implementasi stategi di perusahaan
· Implementasi strategis dan kebijakan baru sering membutuhkan prioritas-prioritas baru dalam manajemen sumber daya manusia dan penggunaan
yang berbeda atas sumber daya manusia yang tersedia
serta menggunakan kemampuan dan keahlian mereka pada tingkat yang
paling efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Certo,
Samuel &Paul Peter, “Strategic Management”. New York :McGraw Hill. 1990
Purnomo,
Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, “Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar”.Jakarta
: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.1999
Thomas l. Wheelen and J. David Hunger, “Strategic
Management, Business Policy”. Seventh Edition. USA. 2000
0 komentar:
Post a Comment