Sunday, May 6, 2018

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan jalannya kegiatan perusahaan, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya.
Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin.
Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk  terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual yang tepat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    KAJIAN TEORITIS
Perhitungan harga pokok produksi sangat mempengaruhi penetapan harga jual suatu produk sekaligus penetapan laba yang diinginkan. Dengan demikian ketepatan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi benar-benar diperhatikan karena apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Pada umumnya, sebagian besar dari perusahaan yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa masih menghadapi persoalan dalam menentukan harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi memegang peran yang sangat penting dalam perusahaa industri.
Salah satu kegunaan dan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual. Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan  adalah permasalahan penentuan harga pokok. Harga pokok ini memegang peranan penting karena kesalahan dalam penentuan harga pokok akan mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Harga jual produk akan mempengaruhi laba yang diharapkan perusahaan, juga kemampuan bersaing produk sejenis yang dihasilkan perusahaan lain.
Pengertian harga pokok produksi menurut Hansen dan Mowen (2000:48) yaitu, Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut. Satu-satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya, baik langsung maupun tidak lansung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selama periode tertentu. Sehingga dengan adanya penetapan harga pokok produksi peusahaan dapat menentukan harga pokok barang sampai pada proses penyelesaian sepanjang tahun, tanpa memperhatikan proses dimulai sebelum atau selama periode tahun bersangkutan.
2.      Fungsi harga pokok produksi
a.         Sebagai dasar penentuan harga jual
b.         Sebagai dasar untuk menentukan besarnya keuntungan
c.         Sebagai dasar untuk pengawasan terhadap efisiensi perusahaan
d.        Sebagai alat untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan
e.         Sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan

3.      Pengertian Biaya Produksi
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya adalah :Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan selain data non produksi dalam penentuan harga jual produk yang dipasarkan untuk memantau realisasi biaya produksi menghitung laba rugi bruto perusahaan pada periode tertentu menentukan harga pokok produk dalam proses dan produk selesai yang disajikan dalam neraca.
Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured) merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi. Biaya-biaya tersebut terdiri dari:
a.    Biaya Bahan Baku (BBB)
Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh substansi / materi pokok yang terdapat pada barang jadi. Bahan baku merupakan bagian Barang jadi yang dapat ditelusur keberadaannya. Bahan baku pada sebuah pabrik dapat berasal dari Barang jadi pabrik yang lain. Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.

b.   Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin. Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

c.       Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya. Biaya overhead pabrik (BOP) terdiri dari biaya BOP tetap dan biaya BOP variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu, biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Ada juga yang dinamakan biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik :
·         Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti Upah pengawas, mandor, mekanik, bagian reparasi, dll
·         Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, tetapi kuantitasnya sangat kecil dan tidak dapat ditelusur keberadaannya pada barang jadi.
·         Biaya penyusutan gedung pabrik, Biaya penyusutan mesin, dll.

Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full/Absortion/Conventional Costing dan Variable/Marginal/Direct Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap BOP Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan rugi-laba.
a.      Metode Full Costing
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.
Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.

b.      Metode Variable Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Variable costing beranggapan bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode).

c.       Contoh Penetapan Harga Pokok Produksi
Berdasarkan metode penetapan harga pokok produksi di atas, dalam upaya menentukan harga pokok produk yang dihasilkan oleh  perushaan. Penulis mengambil contoh penerapan metode harga pkok produksi di perusahaan “DEDEN BATIK” berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode varabel costing.
Namun sebelum membahas penerapan perhitungan harga pokok produksi, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai :
1)   Profil perusahaan
Deden Supriyadi mulai mengenal kerajinan batik dari orang tuanya sejak kecil. Di bawah bendera usaha Asep Batik, orang tua Deden membuat aneka motif batik khas Tasikmalaya. Namun, Deden baru bersentuhan langsung dengan batik pertama kali sejak lulus sekolah menengah atas (SMA) pada 1987.  Saat itu, Deden diminta membantu memasarkan produksi batik. Kebetulan, saat itu orang tuanya sudah memiliki toko batik di Garut, Jawa Barat.
Selama 13 tahun ia mengelola toko tersebut. Ketika bapaknya meninggal di tahun 2.000, Deden terpaksa kembali ke Tasik untuk mengurus usaha pembuatan batik yang telah dirintis sejak tahun 1945.Toko batik di Garut dijual. Imbas dari pembagian warisan orang tua. Sepeninggal bapaknya, usaha pembuatan batik semakin meredup. Aset yang masih tersisa hanya dua buah peralatan batik sederhana, empat orang karyawan, serta uang tunai Rp 3 juta.   Dalam kondisi yang serba-terbatas itu,ia nekat membangun kembali usaha pembuatan batik tersebut, dengan bendera baru bernama Deden Batik yang notabene 100% miliki sendiri.
Untuk modal usaha, ia mendapat pinjaman dari seorang teman dengan sistem bagi hasil. Dalam waktu singkat, Deden Batik sudah mampu berkibar. Usahanya berkembang cukup pesat. Pesanan besar, pertama kali datang dari Pemda Garut yang meminta dibuatkan seragam batik bagi pegawai negeri sipil (PNS) di daerah tersebut. Dari pesanan itu, Deden bahkan dapat membeli satu unit rumah.
Pada 2003, bapak dua anak ini mencoba mengembangkan usahanya dengan memproduksi busana muslim. Untuk bahan pakaian, ia dapatkan dari seorang produsen tekstil dengan sistem pembayaran di belakang (utang).  Saat itu, ia mendapat bahan pakaian dengan nilai barang mencapai Rp 300 juta. Deden lalu memasarkan busana muslim ke sejumlah pasar di daerah Tasikmalaya. Sekitar 100 pedagang pakaian bersedia bekerja sama dengannya untuk menjual produk tersebut. Kerja sama dengan pedagang itu memakai sistem kredit.  Berjalan dua tahun, usaha dalam bentuk kredit kepada pedagang berjalan lancar dan dapat menambah omzet Deden Batik hingga puluhan juta rupiah. Tapi, seiring berjalannya waktu, cicilan pembayaran dari para pedagang mulai tersendat.
Pasalnya, mereka juga menawarkan sistem kredit kepada pembeli. Karena kredit macet itu, ia juga tidak dapat membayar utang kepada produsen tekstil yang menjadi mitra kerjanya lebih dari Rp 400 juta. Terlilit utang ratusan juta, sempat membuat Deden kelimpungan. Sebab, pakaian yang sudah telanjur dipasarkan ke pedagang susah bisa ditarik kembali, padahal utang harus segera dilunasi.Demi menutup utang, Deden akhirnya menjual rumahnya seharga Rp 160 juta. Sementara itu, sisa utang dibayarnya secara mencicil. Uang yang diperoleh dari menjual rumah, tidak semuanya digunakan untuk membayar utang. Sebagian dipakai buat menambah modal usaha. Dengan perkembangan pasar batik hingga saat ini Alhamdulillah jalannya perusahaan stabil serta semakin di kenal tidak saja di dalam tetapi ke luar daerah.

2)   Struktur Organisasi
 





3)      Penetapan Harga Pokok Produksi Di Perusahaan “DEDEN BATIK “
Penetapan harga pokok produksi di perusahaan “DEDEN BATIK” menggunakan metode full costing. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi ( biaya pemasaran, dan baiaya administrasi dan umum). Berikut ini adalah unsur-unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan full costing
   





BBB



HARGA POKOK PRODUKSI

BTKL
                                        

BOP
TETAP


 





BOP
VARIABEL
                                                                                

TOTAL
HARGA
POKOK
PRODUK
                          
                                         




 


BIAYA KOMERSIAL

BIAYA ADM & UMUM
                                                                 



BIAYA PEMASARAN
 



Gambar 1.1 harga pokok produksi dan total harga pokok produk menurut metode full costing

Maka dari itu, hasil dari observasi penulis dalam penetapan harga pokok produk di perusahaan “DEDEN BATIK” adalah sebagai berikut :

Biaya produksi/ Bulan
Biaya bahan baku
·  Kain
·  Obat pewarna
Rp 135.000.000,-
Rp   75.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung
·   Ngecap (4.500 x 5000 batik )
·   Rorodan (10.000 x 5000 batik)
Rp 22.500.000,-
Rp 50.000.000,-
BOP Tetap
·   Penyusutan peralatan
Rp       20.000,-
BOP Variabel
BTKTL
·   Mandor (10 x 840.000)
·   SPG ( 8 x 900.000 )
·   Biaya tlp, air, dan listrik

Rp   8.400.000,-
Rp   7.200.000,-
Rp   1.500.000,-
Biaya pokok produksi
Rp 299.620.000,-


Harga pokok produk
Harga pokok produksi
Rp 299.620.000,-
Biaya administrasi dan umum
Gaji resepsionist galeri (2 x 900.000)
Rp 1.800.000,-
Biaya pemasaran
Biaya promosi
Rp     100.000,-
Biaya pokok produk
Rp 301.520.000,-

Berdasarkan data diatas, penetapan harga pokok produk batik cap di perusahaan “DEDEN BATIK” setiap bulannya mencapai Rp 301.520.000,- dengan kuantitas produk yang dihasilkan sekitar 5.000 batik cap/ bulan.
Sehingga didapatkan harga pokok produk batik cap adalah sebagai berikut :
                    
 
                                           = Rp 60.304,-/ buah
2.      Laporan harga pokok
Laporan harga pokok adalah sebuah kertas kerja berupa perhitungan secara sistematis. Pada sistem akuntansi manual biasanya hanya ditampilkan secara periodik namun sistem akuntansi komputer dengan menerapkan metode perpetual inventory dapat menghasilkan informasi secara visual kapan saja.
Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan perhitungan berdasarkan transaksi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan metode Phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan awal ditambah  mutasi  dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan sisa tentunya melalui perhitungan Phisik. Metode Phisik biasanya hanya menampilkan HPP secara keseluruhan pada satu periode tertentu sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan HPP secara spesifik misalnya untuk satu produk tertentu.
Laporan harga pokok produksi memberikan informasi terinci mengenai operasi suatu departemen atau proses produksi selama suatu jangka waktu yang relatif pendek. Biaya per unit untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik dapat dibandingkan dengan biaya yang diperkirakan atau standar unjuk kerja lainnya. Laporan harga pokok produksi juga memberikan dasar untuk menentukan porsi biaya yang terdapat pada perkiraan barang dalam pengerjaan yang harus dipindahkan pada barang jadi (atau departemen produksi lainnya), dan berapa porsi biaya yang tetap tinggal dalam persediaan akhir barang dalam proses.

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Penetapan harga pokok produksi akan mempengaruhi tehadap tingkat keuntungan sebuah perushaan. Karena dengan menentukan harga pokok produk dengan metode yang tepat, maka  perusahaan akan mudah dalam menetapkan harga jual suatu produk.
Dengan demikian, tujuan yang telah di tetapkan oleh perusahaan akan tercapai dan dengan penetapan harga pokok produk tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh perusahaan sebagai dasar penentuan harga jual, Sebagai dasar untuk menentukan besarnya keuntungan, Sebagai dasar untuk pengawasan terhadap efisiensi perusahaan, Sebagai alat untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan, dan Sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan.



0 komentar:

Post a Comment