BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat kita
berbicara tentang moneter maka masalah utama yang sering kita bicarakan adalah
berkaitan dengan uang. Setiap negara mempunyai mata uang sendiri dan mata uang
itu menunjukkan nilai barangnya. Begitu juga dengan sistem moneter
internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimana pembayaran atas
transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman kurs tukar
asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.
Sistem moneter
internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua negara di
dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara. Sistem
moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan
internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan
inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs
tukar.
Semenjak dimulainya
sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah
mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan
oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter
internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah
sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Untuk itu penulis akan membahas
terkait dengan “Sistem Moneter Internasional”.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem moneter
interasional ?
2. Bagaimana
sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional ?
3. Bagaimana
system penetapan kurs mata uang?
4. Bagaimana
cara melakukan transaksi pembayaran internasional?
5. Apa
kelemahan sistem moneter internasional ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari sistem
moneter internasional.
2.
Mengetahui sejarah dan perkembangan
sistem moneter internasional.
3.
Mengetahui proses penetapan kurs mata
uang.
4.
Mengetahui cara melakukan transaksi
pembayaran internasional.
5.
Mengetahui kelemahan sistem moneter
internasional.
1.4
Metode
Penyusunan
makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi yang
dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
judul makalah. Dan sumber lainnya melalui informasi media komunikasi (internet)
yang berhubungan dengan tema makalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sistem Moneter Internasional
Dalam ekonomi internasional
dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu negara dapat saling berhubungan
satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter
internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat kebijakan,
institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu
mata uang ditukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan
internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan
transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya
perubahan ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing
masa.
Para ahli beranggapan
bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional merupakan unsur yang bersifat
netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini tidak terbukti dalam
ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem Moneter
Internasional dengan ini mempunyai efek distributif yang penting bagi power suatu
negara dan kesejahteraan dalam kehidupan negara tersebut.
Suatu Sistem Moneter
Internasional yang berjalan dengan baik akan melancarkan perdagangan dunia,
arus investasi asing dan interdepedensi global. Kemampuan Sistem Moneter
Internasional adalah prasyarat bagi sehatnya ekonomi dunia, sebaliknya
runtuhnya Sistem Moneter Internasional barat menjadi penyebab terpisahnya
kesuraman dalam ekonomi internasional.
Jika dalam skala
domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat
disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam
skala internasional akan sedikit lebih rumit.
Pembayaran yang tidak
seimbang antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan
domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa
untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai
tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting
dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk
menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran internasional.
2.2
Sejarah Sistem Moneter Internasional
Moneter internasional
dan sistem finansial memainkan peran sentral dalam ekonomi politik global.
Sejak akhir abad 19, awal pembentukan sistem ini melalui berbagai transformasi
dalam menanggapi perubahan kondisi politik dan ekonomi baik level domestik
maupun internasional. Perubahan yang paling dramatis adalah krisis dalam
pengintegrasian moneter internasional dan rezim internasional selama
tahun-tahun interwar.
Transformasi kedua
terjadi setelah Perang Dunia II ketika sistem Bretton Wood tengah berjalan.
Sebab di tahun 1970an, periode perubahan di bawah sistem Bretton Wood terjadi
perubahan dari standar pertukaran emas menjadi dolar Amerika dan komitmen
terhadap kontrol kapital. Beragam perubahan ini memiliki konsekuensi politik
yang cukup penting tentang siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana
dalam ekonomi politik global.
Sejak tahun 1880
Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah mengadopsi sistem standar Emas.
Dengan berlakunya standar emas maka nilai dari setiap mata uang dalam satuan
mata uang lainnya dapat ditentukan secara mudah sehingga dapat mengkatalisasi
perdagangan internasional. Mulanya US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain emas murni
yang mana 1 ons emas sama dengan 480 grain emas. Dengan kata lain harga dari 1
ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang yang diperlukan untuk membeli
satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.
Standar emas hancur
waktu perang dunia 1 pecah. Mata uang praktis ditetapkan atas dasar emas atau
mata uang lainnya dengan longgar. Beberapa usaha kembali ke standar emas
dilakukan sesudah perang dunia 1 berakhir.Emas hanya diperdagangkan dengan bank
sentral, bukan pribadi. Kurs mata uang ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah
tahun 1934 dan sesudah perang dunia kedua, konvertibilitas mata uang yang bisa
ditukarkan (konvertibel) dengan mata uang lainnya.
Setelah masa itu
kemudian muncullah periode kurs tetap. Periode ini dimulai dengan perjanjian
Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata
uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konvertibilitas mata
uang mereka dalam emas.Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1%
(naik atau turun) dari nilai par, dan bersedia melakukan intervensi untuk
menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs
mata uangnya.
Tekanan spekulasi
menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan
dunia sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973. Ketika pasar
tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan
oleh kekuatan pasar.
Pada tanggal 22 Juli
1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang dikenal dengan The
Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut
bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah
konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem
tersebut.
Selama periode
1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas
pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II,
dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat
memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber
adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas
menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di
Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan
semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan
mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan
dengan emas.
DMI beranggotakan 134
negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang sangat kuat di dalam
mengambil keputusan. Setiap anggota memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar
25% dengan emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan
hak suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama
DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara
anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang harus di
tukar dengan mata uang negara peminjam.
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan
campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar
Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan
pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan
campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang
berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran,
kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual
valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank
sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem
kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean”
floatt di mana bank Sentral sama sekali
tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Lima negara Eropa
(Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan
secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah
secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini
(mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang
kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan
Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah
merupakan mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang
peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar
negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta
catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.
2.3
Sistem Penetapan Kurs Mata Uang
Mekanisme penentuan kurs bisa
dikategorikan menjadi beberapa kelompok :
1. Free
Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini,
kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi, inflasi akan
digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang
bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap
variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas
juga disebut sebagai clean float.
2. Float
yang dikelola (Managed Float)
Sistem mengambang bebas
mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang
dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui
campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan
intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang telah ditetapkan.
Beberapa bentuk intervensi :
Menstabilkan fluktuasi harian. Bank
Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga stabilitas kurs agar perubahan
kurs cukup teratur.
Menunda kurs (leaning against the wind).
Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang
cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
3. Kurs
tetap secara tidak resmi (unofficial pegging).
Melalui cara ini Bank
Sentral melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata
uangnya.
4. Perjanjian
Zona Target Tertentu
Melalui perjanjian ini,
beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam
wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank
Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.
5. Dikaitkan
dengan mata uang lain
Sekitar 62 negara dari
162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang
lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara
tetangga.
6. Dikaitkan
dengan kelompok mata uang lain
Sekitar 21 negara
mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya. Basket, kelompok,
atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner
dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.
7. Dikaitkan
dengan indikator tertentu
Dua negara, Chili dan
Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu, seperti kurs
riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang mereka
yang penting.
8. Sistem
kurs tetap
Di bawah sistem kurs
tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi. Kemudian Bank
Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang
telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai
dengan kondisi fundamental ekonomi negara tersebut, devaluasi atau revaluasi
dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi adalah :
1. pinjaman asing
2. pengetatan
3. pengendalian harga dan upah
4. pembatasan aliran modal keluar
2.4
Cara Melakukan Transaksi Internasional
Adapun cara untuk melakukan pembayaran
internasional yang timbul akibat perdagangan dan peminjaman internasional
antara lain sebagai berikut:
1.
pembayaran dengan surat wesel dagang (Commercial Bill of Exchange atau
Commercial draft atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran
yang dilakukan dengan cara eksportir menarik surat wesel atas importir sejumlah
harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya.
Dalam surat wesel tersebut harus
dilampiri dokumen-dokumen berupa:
1.
faktur (invoice),
2.
konosemen atau surat muatan (bill of lading),
3.
daftar isi barang (packing list),
4.
surat keterangan asal barang (certificate of origin),
5.
surat keterangan pabean,
6.
surat asuransi (insurence).
Cara pembayaran semacam
ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas pembayaran internasional.
Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang sebelum jatuh tempo,
maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan menukarkannya
kepada importir setelah wesel itu jatuh tempo.
2.
Kompensasi pribadi
kompensasi pribadi
adalah adalah cara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian utang piutang
pada seorang penduduk dalam satu negara tempat penduduk tersebut tinggal.
Cara pembayaran ini
digunakan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, namun sekarang sudah tidak banyak
lagi digunakan dalam perdagangan internasional.
3.
Pembayaran tunai
Pembayaran tunai atau
pembayaran di muka adalah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan uang
tunai atau cek, yang dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau menunggu
diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan dikapalkan oleh eksportir.
Cara pembayaran ini mempunyai risiko yang besar.
4.
Pembayaran dengan letter of kredit
Letter of credit atau
commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atas
permintaan pembelian sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengakseptir
(menyetujui) dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C
terdiri atas :
1.
L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar sesuai
dengan harga barang melalui bank yang ditunjuk
2.
Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan barang
terlebih dahulu dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya dibayar
kemudian.
3.
Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau barang modal secara
cepat dan tidak dipakai untuk barang konsumsi.
4.
Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada Advising Bank
(bank yang ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran sebagian dari jumlah L/C
kepada eksportin sebelum mengapalkan barang-barang ekspor.
5.
Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan
tenggang
waktu tertentu, misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah
penunjukan dokumen.
5. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka
(Open Account)
Pembayaran kemudian
atau rekening terbuka adalah cara membiayai transaksi perdagangan internasional
di mana eksportir mengirimkan barang kepada importir tanpa adanya
dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan setelah barang
laku dijual atau satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal pengiriman,
sesuai dengan penjanjian yang disepakati bersama. Sistem ini sangat membantu
pengimpor melakukan transaksi perdagangan, akan tetapi berisiko besar bagi
pengekspor.
6.
Pembayaran dengan Konsinyasi (Consign 4311`ment)
Pembayararan secara
konsinyasi dilakukan setelah barang yang dikirim sudah terjual seluruhnya atau
sebagian. Metode ini biasanya dilakukan kepada orang yang telah dikenal dengan
baik. Jadi, barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk jangka waktu
tertentu dan pembayaran dengan termin waktu. Untuk memperkecil risiko penjual,
sebaiknya menggunakan jasa bank dalam pengiriman dokumen penagihan dan bonded
warehouse untuk penitipan barangnya. Apabila barang sudah terjual, pembeli
membayar kepada bank sejumlah uang atas nilai barang dan sebagai gantinya bank
akan menyerahkan delivery instruction kepada bonded warehouse untuk
mengeluarkan barangnya.
2.5
Kelemahan Sistem Moneter Internasional
Ketika sistem moneter
internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling
ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai
tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem
Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia
terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional
saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang
dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang
dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra
dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan
hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam
sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang
yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter
seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu)
rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata
sebelum tahun 1971 masing-masing negara
itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu
mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan
emas.
Memperbaiki nilai tukar
terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia, telah memberi
negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga yang stabil di
antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat
penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal
pendiriannya IMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik
yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed exchange rate).
Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para pemimpin
moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki mata
uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada praktiknya,
kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat; rencana
stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina
oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin
sepertinya.
Dalam periode nilai
tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan sebab ada
sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat
aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan
sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum
1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah 1973,
tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih
ke nilai tukar mengambang.
IMF
kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi peran
baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan broker
utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik oleh konsultan
swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki
sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem
yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan
serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak
satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat
pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua
pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang
dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar perang
dunia (I dan II) yang amat menghancurkan.
Sistem
moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap
negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana
tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah
mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak) atau
terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem
moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem
moneternya sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam
kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para
ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional
didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling
berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan
yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit.
Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis
berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai
tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada
n-1 nilai tukar yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai
tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara. Ada satu
derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang
para ekonom menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah kelebihan . Aturan
dimana tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam
kasus standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga
emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir
200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan
hasil berupa kebingungan yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga,
sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur
finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan
aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS. Ketika suatu negara
memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali memenuhi banyak fungsi dari
sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba berangkat dari
sini.
1. Negara
yang Mengalami Kepailitan
Pada
tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman kepada
negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak akan
mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang
pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara
berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun
tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981,
sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab
bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun
1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980
dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya
inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara
itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang
perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.
Tahun 1979 – 1980 harga
minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan
kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga pinjaman baru maupun sisa
pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga variabel. Negara berkembang
menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1
persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan naiknya nilai mata uang
AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga
setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih
berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain
yang digunakan untuk membayar utang dalam AS $.
BAB
3
SIMPULAN
3.1
Simpulan
System moneter
internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi, regulasi,
mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata
uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi.
Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya
ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran
internasional.
1. Sistem Standar Emas 1870 – 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling
dengan emas.
2. Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk
dua badan internasional, yaitu International Bank for Recontruction and
Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional.
Sistem Penetapan Kurs
Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu Free Float
(Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang
bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang
bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian
Zona Target Tertentu Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk
menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu.
kak boleh minta daftar pustaka nya ga? makasih
ReplyDelete