Saturday, January 5, 2019

Contoh Soal Studi Kelayakan Bisnis


EKSPANSI “PT BADJA BEDJO”

“PT Badja Bedjo” (dalam hal ini disebut PT BB)  merupakan produsen baja  yang menguasai hampir 50% pasar nasional. Perusahaan berencana mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kapasitas produksinya. PT BB menghasilkan berbagai jenis baja dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dipergunakan untuk bahan produksi pada beragam industri yang memerlukannya. Dalam rangka pengembangan usahanya tersebut, perusahaan menugaskan Tina untuk membuat proyeksi keuangan yang akan dipaparkan dalam rapat pimpinan pada akhir minggu ini. Dalam rapat tersebut Tina akan memberikan penyajian tentang analisa keuangan dalam investasi modal yang akan dilakukan perusahaan, mengingat dalam ekspansi ini perusahaan merencanakan menambah mesin pemotong besi baja.
Sebelum Tina mencapai posisinya saat ini yaitu sebagai analis keuangan , ia telah menempuh serangkaian pogram pendidikan dan latihan. Bidang bidang yang telah ia tempuh adalah : 1) akuntansi penggajian, 2)Pemrosesan data, 3) akuntansi keuangan, 4) akuntansi biaya dan 5)  analisis biaya. Baru setelah seorang karyawan menyelesaikan latihan dalam bidang-bidang tersebut sesuai dengan program latihan perusahaan, ia bisa mengikuti latihan dalam bidang analisa keuangan.
Saat ini Tina akan memberikan laporan  pada rapat intern    tentang usulan pembelian mesin pemotong besi baja . Ada dua mesin yang dipertimbangkan untuk investasi tersebut, mesin pertama bisa menghasilkan pemotongan dengan lebih baik daripada mesin kedua, meskipun mempunyai harga yang lebih mahal.
Data yang telah ia kumpulkan sebelum penyajian tersebut adalah sebagai berikut :  Untuk Mesin Potong Halus (MPH) memerlukan investasi senilai Rp 480 juta, sedangkan Mesin Pemotong Kasar (MPK) memerlukan investasi sebesar Rp 400 juta. Proyeksi Biaya Operasi MPH adalah Rp 480 juta /tahun sedangkan MPK Rp 250 juta. Karena MPH bisa memotong dengan lebih halus, maka taksiran penjualan selama 20 tahun ,sesuai dengan taksiran usia ekonomis mesin tersebut, juga lebih tinggi pertahunnya. Dengan MPH diperkirakan penjualan sebesar Rp 800 juta pertahun sedangkan dengan MPK Rp 500 juta pertahun.
Setelah melakukan serangkaian pembicaraan, maka tibalah saatnya ia memberikan penyajian dalam rapat intern tersebut.Untuk itu pertamakali ia menunjukkan exibit 1 yang berisikan tentang proyeksi aliran kas baik untuk MPH maupun MPK. Sebelumnya ia telah menunjukkan bahwa berdasarkan memo dari kantor pusat, maka biaya modal yang dipergunakan dalam menilai setiap usulan investasi perusahaan adalah 14%.

Exibit 1
Proyeksi Aliran Kas : Mesin Pemotong Besi
( dlm jutaan rupiah )


MPH
MPK
Penghasilan tahunan
 800
500
Biaya Operasi
 480
250
Penyusutan
24
20
Keuntungan sebelum Pajak
296
230
Pajak  50%
148
115
Laba setelah pajak
148
115
Penyusutan
24
20
Aliran kas masuk bersih
172
135

Setelah itu Tina menunjuk pada exibit 2 yang merupakan perhitungan Internal Rate of Return (IRR) kedua mesin tersebut .
Exibit 2
Internal Rate of Return (IRR): Mesin Pemotong Besi
      
          Analisa MPH

Aliran Kas bersih
PV anuity 20 thn
Dengan df 35% dan 36%
PV aliran kas
Rp 172 juta
Rp 2,8501 ( 35%)
Rp  490.217
Rp 172 juta
Rp 2,7718 (36%)
Rp  476.750


          IRR MPH = 35% +        = 35,76%


           Analisa MPK

Aliran Kas bersih
PV anuity 20 thn
Dengan df 33% dan 34%
PV aliran kas
Rp 135
Rp 3,0202 (33%)
Rp 407.727
Rp 135
Rp 2,9327 (34%)
Rp 395.915


           IRR MPK = 33% +        = 33,65%

Setelah itu ia menghitung Net Present Value (NPV), Profitability index (dengan menggunakan tingkat bunga 14%) dan Payback Period, yang dicantumkan dalam exibit 3.

Exibit 3
NPV,PI,Payback Period : Mesin Pemotong Besi


MPH
MPK
NPV ( dalam jutaan Rp )
Rp 659.173
Rp 494.119
Profitability Index
2,37
2,24
Payback Period
2,79 tahun
2,96 tahun

Dengan melihat hasil-hasil perhitungannya, Tina kemudian menyimpulkan bahwa Mesin Pemotong Halus (MPH) meskipun memerlukan investasi yang lebih mahal, dirasakan lebih menguntungkan. Dengan demikian ia menyarankan pembelian MPH.
Setelah ia selesai memaparkan laporannya , Tono Kepala Bagian Pengecoran  menanyakan darimana Tina memperoleh data taksiran penjualan tersebut. Sebab Tono merasa bahwa taksiran penjualan tersebut tidaklah seoptimis itu.
Direktur PT BB menanyakan kepada Tono apakah rendahnya taksiran mengenai penjualan tersebut akan merubah keputusan yang disarankan oleh Tina tadi.Tono menjawab : “ saya tidak tahu pasti, tetapi berdasarkan informasi yang bisa saya kumpulkan dengan staf saya yaitu sdr Teni, taksiran penjualan yang layak adalah Rp 750 juta pertahun untuk MPH dan Rp 480 juta pertahun untuk MPK. Disamping itu Tono menambahkan, kalo perusahaan membeli MPK, maka dana sebesar Rp 80 juta tersebut bisa kami investasikan pada departemen kami yang dapat memberikan IRR sekitar 17% - 18% .
Mendengar ini sadarlah Tina bahwa Tono nampaknya ingin mengambil sisa/selisih investasi untuk dipakai memperbaiki investasi departemennya. Belum selesai ia berfikir lebih lanjut, ia mendengar suara Direktur PT BB. “Baiklah saudara Tina, coba saudara hitung kembali analisa saudara dengan mempertimbangkan taksiran penjualan yang baru, dan kemungkinan penggunaan Rp 80 juta di departemen pengecoran yang bisa memberikan IRR sekitar 17%-18% tadi. “ saya minta seminggu lagi hasil analisa saudara bisa diberikan kepada saya, beserta saran saudara tentang mesin mana yang sebaiknya dibeli .
Berdasarkan hasil rapat tadi, Tina meminta bantuan saudara sebagai anggota tim Studi Kelayakan Bisnis Akuntasi untuk membantu menghitung ulang proyeksi keuangan dengan memperhitungkan selisih dana pengadaan mesin tersebut . 
  






0 komentar:

Post a Comment