“PT Badja Bedjo” (dalam
hal ini disebut PT BB) merupakan
produsen baja yang menguasai hampir 50%
pasar nasional. Perusahaan berencana mengembangkan usahanya dengan meningkatkan
kapasitas produksinya. PT BB menghasilkan berbagai jenis baja dalam berbagai
bentuk dan ukuran yang dipergunakan untuk bahan produksi pada beragam industri yang
memerlukannya. Dalam rangka pengembangan usahanya tersebut, perusahaan
menugaskan Tina untuk membuat proyeksi keuangan yang akan dipaparkan dalam
rapat pimpinan pada akhir minggu ini. Dalam rapat tersebut Tina akan memberikan
penyajian tentang analisa keuangan dalam investasi modal yang akan dilakukan
perusahaan, mengingat dalam ekspansi ini perusahaan merencanakan menambah mesin
pemotong besi baja.
Sebelum Tina mencapai
posisinya saat ini yaitu sebagai analis keuangan , ia telah menempuh
serangkaian pogram pendidikan dan latihan. Bidang bidang yang telah ia tempuh
adalah : 1) akuntansi penggajian, 2)Pemrosesan data, 3) akuntansi keuangan, 4)
akuntansi biaya dan 5) analisis biaya. Baru
setelah seorang karyawan menyelesaikan latihan dalam bidang-bidang tersebut
sesuai dengan program latihan perusahaan, ia bisa mengikuti latihan dalam
bidang analisa keuangan.
Saat ini Tina akan
memberikan laporan pada rapat
intern tentang usulan pembelian mesin pemotong besi
baja . Ada dua mesin yang
dipertimbangkan untuk investasi tersebut, mesin pertama bisa menghasilkan
pemotongan dengan lebih baik daripada mesin kedua, meskipun mempunyai harga
yang lebih mahal.
Data yang telah ia kumpulkan sebelum penyajian tersebut
adalah sebagai berikut : Untuk Mesin Potong
Halus (MPH) memerlukan investasi senilai Rp 480 juta, sedangkan Mesin Pemotong
Kasar (MPK) memerlukan investasi sebesar Rp 400 juta. Proyeksi Biaya Operasi
MPH adalah Rp 480 juta /tahun sedangkan MPK Rp 250 juta. Karena MPH bisa
memotong dengan lebih halus, maka taksiran penjualan selama 20 tahun ,sesuai
dengan taksiran usia ekonomis mesin tersebut, juga lebih tinggi pertahunnya.
Dengan MPH diperkirakan penjualan sebesar Rp 800 juta pertahun sedangkan dengan
MPK Rp 500 juta pertahun.
Setelah melakukan
serangkaian pembicaraan, maka tibalah saatnya ia memberikan penyajian dalam
rapat intern tersebut.Untuk itu pertamakali ia menunjukkan exibit 1 yang
berisikan tentang proyeksi aliran kas baik untuk MPH maupun MPK. Sebelumnya ia
telah menunjukkan bahwa berdasarkan memo dari kantor pusat, maka biaya modal
yang dipergunakan dalam menilai setiap usulan investasi perusahaan adalah 14%.
Exibit 1
Proyeksi Aliran Kas :
Mesin Pemotong Besi
( dlm jutaan rupiah )
MPH
|
MPK
|
|
Penghasilan tahunan
|
800
|
500
|
Biaya Operasi
|
480
|
250
|
Penyusutan
|
24
|
20
|
Keuntungan sebelum Pajak
|
296
|
230
|
Pajak 50%
|
148
|
115
|
Laba setelah pajak
|
148
|
115
|
Penyusutan
|
24
|
20
|
Aliran kas masuk bersih
|
172
|
135
|
Setelah itu Tina menunjuk
pada exibit 2 yang merupakan perhitungan Internal Rate of Return (IRR) kedua
mesin tersebut .
Exibit 2
Internal Rate of Return
(IRR): Mesin Pemotong Besi
Analisa MPH
Aliran Kas bersih
|
PV anuity 20 thn
Dengan df 35% dan 36%
|
PV aliran kas
|
Rp 172 juta
|
Rp 2,8501 ( 35%)
|
Rp 490.217
|
Rp 172 juta
|
Rp 2,7718 (36%)
|
Rp 476.750
|
IRR
MPH = 35% +
= 35,76%
Analisa
MPK
Aliran Kas bersih
|
PV anuity 20 thn
Dengan df 33% dan 34%
|
PV aliran kas
|
Rp 135
|
Rp 3,0202 (33%)
|
Rp 407.727
|
Rp 135
|
Rp 2,9327 (34%)
|
Rp 395.915
|
IRR
MPK = 33% +
= 33,65%
Setelah itu ia menghitung
Net Present Value (NPV), Profitability index (dengan menggunakan tingkat bunga
14%) dan Payback Period, yang dicantumkan dalam exibit 3.
Exibit 3
NPV,PI,Payback Period :
Mesin Pemotong Besi
MPH
|
MPK
|
|
NPV ( dalam jutaan Rp )
|
Rp 659.173
|
Rp 494.119
|
Profitability Index
|
2,37
|
2,24
|
Payback Period
|
2,79 tahun
|
2,96 tahun
|
Dengan melihat
hasil-hasil perhitungannya, Tina kemudian menyimpulkan bahwa Mesin Pemotong
Halus (MPH) meskipun memerlukan investasi yang lebih mahal, dirasakan lebih
menguntungkan. Dengan demikian ia menyarankan pembelian MPH.
Setelah ia selesai memaparkan
laporannya , Tono Kepala Bagian Pengecoran
menanyakan darimana Tina memperoleh data taksiran penjualan tersebut. Sebab
Tono merasa bahwa taksiran penjualan tersebut tidaklah seoptimis itu.
Direktur PT BB menanyakan kepada Tono apakah rendahnya
taksiran mengenai penjualan tersebut akan merubah keputusan yang disarankan
oleh Tina tadi.Tono menjawab : “ saya tidak tahu pasti, tetapi berdasarkan
informasi yang bisa saya kumpulkan dengan staf saya yaitu sdr Teni, taksiran
penjualan yang layak adalah Rp 750 juta pertahun untuk MPH dan Rp 480 juta
pertahun untuk MPK. Disamping itu Tono menambahkan, kalo perusahaan membeli
MPK, maka dana sebesar Rp 80 juta tersebut bisa kami investasikan pada
departemen kami yang dapat memberikan IRR sekitar 17% - 18% .
Mendengar ini sadarlah Tina
bahwa Tono nampaknya ingin mengambil sisa/selisih investasi untuk dipakai
memperbaiki investasi departemennya. Belum selesai ia berfikir lebih lanjut, ia
mendengar suara Direktur PT BB. “Baiklah
saudara Tina, coba saudara hitung kembali analisa saudara dengan
mempertimbangkan taksiran penjualan yang baru, dan kemungkinan penggunaan Rp 80
juta di departemen pengecoran yang bisa memberikan IRR sekitar 17%-18% tadi. “
saya minta seminggu lagi hasil analisa saudara bisa diberikan kepada saya,
beserta saran saudara tentang mesin mana yang sebaiknya dibeli .
Berdasarkan hasil rapat
tadi, Tina meminta bantuan saudara sebagai anggota tim Studi Kelayakan Bisnis
Akuntasi untuk membantu menghitung ulang proyeksi keuangan dengan
memperhitungkan selisih dana pengadaan mesin tersebut .
0 komentar:
Post a Comment