BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kebutuhan akan suatu informasi keuangan dalam sebuah
perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting. Informasi keuangan akan
memberikan keputusan perusahaan untuk dapat melakukan tindakan atas kemajuan
perusahaan. Beberapa informasi keuangan tersebut juga akan memberikan peluang
perusahaan untuk mengantisipasi kerugian yang timbul akibat produksi, sehingga
laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan beberapa orang yang di
luar perusahaan.
Di
suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi,
yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan
yang menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari
pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu periode
akuntansi tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
akuntansi tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran
laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan
investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak
seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom,
fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).
Pada tahun 2011, komponen laporan
keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut antara lain, terlihat
dalam laporan laba rugi menjadi laporan laba rugi komprehensif. Pendapatan
komprehensif ini berisi perubahan-perubahan karena penggunaan model nilai
wajar, pos-pos dalam pendapatan komprehensif lain mencakup keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi.
Laporan laba rugi komprehensif
tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, tetapi
juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi. Bagian yang menyajikan keuntungan atau
kerugian yang telah direalisasi disebut
sebagai laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi disebut
sebagai bagian pendapatan komprehensif lain.
Oleh
karena itu maka penulis menguraikan mengenai ”Income Statement” dalam makalah ini untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai laporan laba rugi serta sebagai bahan diskusi bersama
rekan-rekan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa
saja yang termasuk elemen – elemen dalam
laporan Laba Rugi Komprehensif ?
2. Bagaimana
format laporan Laba Rugi Komprehensif ?
3. Bagaimana
Nilai dari Pendapatan perusahaan ?
4. Bagaimana
Standar Akuntansi Internasional tentang laporan Laba Rugi ?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami
elemen – elemen dalam laporan Laba Rugi Komprehensif
2. Mengetahui
Format laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Mengetahui Nilai dari Pendapatan perusahaan
4. Mengetahui Standar Akuntansi Internasional
tentang laporan Laba Rugi
1.4 Kegunaan
Kegunaan
penyusunan makalah ini adalah :
1. Sebagai
bahan pembelajaran dan pengetahuan tentang
Laporan laba rugi (Income Statement)
2. Bagi
penulis salah satu menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Akuntansi dan
mengetahui penjelasan tentangnya.
3. Bagi
pembaca hasil penulisan makalah ini dapat menambah wawasan tentang Teori
Akuntansi.
1.5
Metode
Penyusunan
makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi yang
dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
judul makalah. Dan sumber lainnya melalui informasi media komunikasi (internet)
yang berhubungan dengan tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Elemen - elemen dalam laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba
rugi (Income Statement) adalah bagian
dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode
akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga
menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Peran
dari laporan laba rugi adalah sebagai sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
yang dicapai perusahaan serta mengetahui berapakah hasil bersih atau laba
yang didapat dalam suatu periode.
Laba Komprehensif adalah total
perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal
dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal
dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh
perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi.
Beberapa pendapat mengatakan bahawa
Pendapatan komprehensif adalah jumlah laba bersih dan barang-barang lainnya
yang harus melewati laporan laba rugi karena termasuk barang-barang seperti
keuntungan yang belum direalisasi atau rugi dari efek tersedia untuk dijual dan
keuntungan kurs atau kerugian . Barang-barang ini bukan merupakan bagian dari
laba bersih , namun cukup penting untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif
, memberikan pengguna gambaran yang lebih komprehensif dari organisasi secara
keseluruhan .
Pos-pos atau barang-barang yang melewati
laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep laba komprehensif. Laba komprehensif meliputi
semua suatu periode kecuali perubahan aktivitas inivestasi oleh pemilik dan
distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan
dan keuntungan beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain
itu juga mecakup keuntungan dan kerugian yang tidak dimasukkan dalam laba
bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati
laporan laba-rugi ini disebut laba komprehensif lainnya.
Laba komprehensif lain berisi semua
perubahan yang tidak diizinkan untuk disertakan dalam laporan laba rugi . Hal
ini penting terutama untuk memahami perubahan yang sedang berlangsung dalam
nilai wajar aset perusahaan . Item yang
harus dimasukkan dalam pendapatan komprehensif lain meliputi:
1.
Efek yang tersedia untuk dijual fair
perubahan nilai yang sebelumnya ditulis
sebagai
gangguan
2.
Efek yang tersedia untuk dijual
Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
3.
Lindung nilai arus kas keuntungan
dan kerugian instrumen perubahan dalam
surplus revaluasi
4.
Keuntungan
dan kerugian aktuaria atas program manfaat pasti yang diakui sesuai
dengan IAS 19
5.
Keuntungan
dan kerugian pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk
dijual (IAS 39).
6.
Keuntungan dan kerugian yang timbul
dari transfer dari kategori tersedia untuk
dijual ke
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo efek hutang yang belum
direalisasi
7.
Keuntungan dan kerugian transaksi
mata uang intra - entitas di mana
penyelesaian
tidak direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang mata uang
asing
8.
Keuntungan dan kerugian yang lindung
nilai dari suatu investasi dalam suatu
entitas asing
transaksi valuta asing
9.
Selisih kurs karena penjabaran mata
uang asing
10.
Keuntungan atau kerugian pensiun
imbalan pensiun atau pasca pensiun
Hal ini dapat diterima baik komponen
laporan laba bersih komprehensif lain dari pengaruh pajak yang bersangkutan ,
atau sebelum pengaruh pajak terkait dengan beban pajak penghasilan agregat
tunggal atau manfaat menunjukkan bahwa berhubungan dengan semua item pendapatan
komprehensif lain,
Barang yang akan dimasukkan dalam klasifikasi
ini mungkin jarang ditemui oleh bisnis yang lebih kecil , sehingga jenis
organisasi mungkin hanya kadang-kadang melaporkan pendapatan komprehensif lain
.
Menurut Dewan Standar Akuntansi
Keuangan ( FASB ) pendapatan komprehensif lain atau other
comprehensive income
( OCI ) sebagai alat analisis keuangan yang berharga . Tujuannya FASB
menyatakan itu secara umum adalah untuk menerbitkan panduan untuk meningkatkan
komparabilitas , konsistensi dan transparansi pelaporan keuangan. Untuk
mencapai hal ini , ia telah berusaha untuk meningkatkan keunggulan item yang
dilaporkan dalam pendapatan komprehensif lain.
Financial Accounting Standards Board (FASB)
menjelaskan bahwa alasan utama digunakannya istilah laba komprehensif adalah
untuk membedakan laba komprehensif dengan laba periode.
Perbandingan Laba Periodik dengan Laba Komprehensif
Net Income
|
Earning
|
|
·
Pendapatan
·
Biaya-Biaya
·
Keuntungan
dari sumber yang tidak normal
|
200
140
(10)
|
200
140
(10)
|
·
Laba
dari operasi normal
·
Rugi
penjualan aktiva tetap
|
70
(10)
|
70
(10)
|
·
Laba
sebelum pos luar biasa dan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
·
Pos
luar biasa
·
Perubahan
kumulatif perubahan prinsip akuntansi
|
60
(10)
(30)
|
60
(10)
|
·
Earning
|
50
|
|
·
Laba
bersih (net income)
|
20
|
Berdasarkan tabel diatas dapat kita
lihat bahwa antara laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama
yang sama yaitu, pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi keduanya tidak
sama karena beberapa komponen tertentu yang menjadi elemen laba
komprehensif tidak dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Komponen tersebut
adalah:
a) Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu
untuk periode lalu dialami dalam periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya
laba bersih.
b) Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding
gains and losses) yang diakui dalam periode berjalan seperti untung rugi
perubahan harga pasar investasi saham sementara dan untung atau rugi penjabaran
mata uang asing.
Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan komprehensif (pos penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode:
1) Dalam
bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, di mana semua pos penghasilan dan
beban yang diakui dalam satu periode
(pendekatan satu laporan – the single
statement approach); atau
2) Dalam bentuk dua laporan (pendekatan dua
laporan – the two statement approach):
a) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi
(laporan laba rugi terpisah)
b) Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan
menunjukkan komponen
pendapatan komprehensif lain (dalam laporan
laba rugi komprehensif).
Total
laba rugi komprehensif (total
comprehensive income) yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komprehensif adalah total semua pos penghasilan dan
beban yang diakui selama satu
periode (termasuk komponen laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain).
Laporan laba rugi
komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode:
1) Pendapatan;
2) Biaya keuangan;
3) Bagian
laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas;
4) Beban pajak;
5) Operasi yang dihentikan yang mencakup suatu
total dari:
a) Laba atau rugi
setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
b) Keuntungan atau
kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau
kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.
6) Laba atau rugi;
7) Setiap komponen dari pendapatan komprehensif
lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat (selain angka 8 di bawah);
8) Bagian pendapatan komprehensif lain dari
entitas asosiasi dan ventura bersama
yang dicatat dengan metode ekuitas; dan
9) Total laba rugi komprehensif
Dengan
demikian, total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu
periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan
yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen “laba rugi” dan
“pendapatan komprehensif lain.” Sedangkan
laba rugi (profit or loss) atau laba
bersih (net income) adalah total
pendapatan (income) dan beban (expenses), tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
Di
samping itu, entitas mengungkapkan pos-pos berikut dalam laporan laba rugi
komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode:
1)
Laba atau rugi periode berjalan yang dapat
diatribusikan kepada:
a) Kepentingan nonpengendali: dan
b) Pemilik entitas induk.
2)
Total laba rugi komprehensif periode berjalan
yang dapat didistribusikan
kepada:
a) Kepentingan nonpengendali; dan
b) Pemilik entitas induk.
Entitas
dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud di butir 1 – 6 di atas dan
pengungkapan laba atau rugi yang diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali
(non-controlling interest) dan pemilik entitas induk (owners of the
parent) sebagaimana
pada butir 1) di atas dalam laporan laba rugi terpisah (income statement).
2.2
Format laporan Laba Rugi Komprehensif
Laba
komprehensif merupakan salah satu elemen statemen keuangan. Laba komprehensif
didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang berasal dari
sumber-sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau
laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen
pembentuk laba komprehensif dan bagaimana penyajian dalam statemen laba-rugi. Format laporan
laba rugi komprehensif
:
1. Bentuk tunggal
Laporan Laba
Rugi komprehensif dalam satu periode baik dalam bentuk satu laporan (bentuk
tunggal). Pos Minimum yang disajikan adalah
Ø Pendapatan
(revenue)
Ø Biaya Keuangan
Ø Bagian laba
rugi dari entitas sosial atau ventura yang dicatat menggunakan metode ekuitas
Ø Beban Pajak
Ø Jumlah laba
rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan kerugian setelah
pajak dari pelepasan aset dalam rangka operasi yang dihentikan.
Ø Laba rugi
Ø Komponen
pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan menurut sifat.
Ø Bagian
pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura yang dicatat
dengan metode ekuitas
Ø Total Laba Rugi
komprehensif
Penjelasan masing-masing
laporan laba rugi diatas :
Ø Pendapatan : jumlah
pendapatan netto yang terdiri dari penjualan setelah dikurangi dengan diskon dan retur penjualan selama
periode laporan.
Ø Beban Pokok
Penjualan : menunjukkan beban pokok penjualan yang berkaitan
langsung untuk menghasilkan penjualan selama periode laporan.
Ø Laba Bruto : pendapatan
dikurangi dengan beban pokok penjualan
Ø Biaya
Distribusi : Berisi informasi tentang beban yang terjadi terkait
akibat upaya perusahaan mendapat penjualan selama periode laporan.
Ø Beban
Adiminstrasi : Berisi informasi beban umum administrasi selama periode
laporan.
Ø Beban lain-lain
: transaksi selama periode yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
pendapatan dan beban (contoh: nilai keuntungan dan kerugian dari penjualan
aset).
Ø Beban Pendanaan
: Pos terpisah untuk menampung informasi biaya pendanaan perusahaan yaitu
beban bunga selama periode.
Ø Laba sebelum
pajak : Total laba sebelum pajak penghasilan.
Ø Beban
pajak penghasilan: merupakan
beban pajak penghasilan yang dikenakan terhadap laba sebelum pajak penghasilan.
Ø Laba tahun
berjalan : Hasil neto laba perusahaan selama satu periode
Ø Kepentingan non
pengendali : menyajikan alokasi laba tahun berjalan dan laba
komprehensif kepada hak minoritas atau kepentingan non pengendali.
Ø Laba bersaham : merupakan
jumlah laba periode berjalan perlembar saham yang beredar.
Ø Dilusian : Laba
perlembar saham
2. Laporan laba rugi komprehensif
bentuk ganda
Jika perusahaan menggunakan bentuk ganda maka perusahaan harus menyiapkan
2 laporan.
Laporan pertama: Laporan laba rugi periode berjalan
Laporan kedua :
Laporan laba
rugi periode berjalan dan pendapatan komprehensif lain.
Pos Minimum yang harus
disajikan ketika menggunakan format ganda adalah :
1. Pendapatan
2. Biaya Pendanaan
3. Bagian laba atau rugi dari entitas
asosiasi atau ventura yang menggunakan metode ekuitas.
4. Beban Pajak
5. Jumlah Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
keuntungan atau kerugian setelah pajak dari pelpasan aset dalam rangka operasi
yang dihentikan.
6. Laba rugi.
Pada laporan laba rugi komprehensif bentuk ganda, informasi alokasi laba
rugi periode berjalan kepada pemilik
entitas induk dan non pengendali disajikan dilaporan laba rugi terpisah. Sedangkan
total laba rugi komprehensif disajikan pada laporan laba rugi komprehensif.
Dalam menyajikan komprehensif lain perusahaan dapat menyajikannya secara Neto
ataupun Bruto sebelum pajak disertai dengan total pajak penghasilan yang
terkait dengan seluruh komponen tersebut.
2.3 Nilai Dari Pendapatan Perusahaan
Pendapatan sangat berpengaruh
bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh
maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula pendapatan
juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba
rugi. Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidak ada
perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan
dari hasil operasi perusahaan.
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan
selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.”
Pengukuran pendapatan
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur dengan nilai wajar imbalan
yang diterima atau yang dapat diterima.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini:
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini:
1. Penjualan barang
2. Penjualan jasa
3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden.
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang
dapat digunakan untuk menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan dan dicatat
pertama kali dalam suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan.Ada empat dasar dalam
penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:
1. Biaya
Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau
setara kas) yang dibayar ssebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.
2. Biaya
Kini (current cost): aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang diperoleh sekarang.
3. Nilai
realisasi atau penyelesaian (realization/settlement value) : Aktiva dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aktiva yang sekarang
dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
4. Nilai
sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar kas masuk bersih dimasa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
Tujuan dari semua usaha
pada akhirnya adalah untuk mendapatkan pendapatan yang bisa meningkatkan nilai
perusahaan. Secara umum, pendapatan diakui pada saat realisasinya atau
sepanjang tahap (siklus) operasi. Adapun beberapa metode pengakuan pendapatan :
1. Pengakuan
Pendapatan Dengan Metode Akrual (Accrual Method)
Pengakuan pendapatan dengan
pendekatan akrual termasuk yang paling mendasar, sehingga paling banyak
diterapkan (di berbagai jenis usaha dalam berbagai skala). Pada dasanya metode
akrual menggunakan pendekatan, yaitu “Ketentuan Dasar Pengakuan Pendapatan”, kecuali ketentuan IAS 18 yang
ke-2 (recognition at time of payment)—yang cenderung mengarah ke cash-basis.
Sehingga, sepanjang ketentuan-ketentuan dasar tersebut telah terpenuhi, maka
suatu pendapatan sudah boleh diakui. Hal yang tak kalah penting untuk
diketahui, sehubungan dengan penerapan metode ini adalah, adanya beban dan
biaya yang harus diakui untuk disandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan
dalam periode yang sama—meskipun invoice tagihannya belum datang dari supplier/vendor.
2. Pengakuan
Pendapatan Dengan Metode Kas (Cash Method)
Sederhananya, dengan menggunakan
metode kas artinya perusahaan hanya mengakui pendapatan bila kas (atas
penyerahan barang/jasa) sudah diterima. Ini metode paling tua yang sudah ada
sejak sebelum Prinsip Akuntansi Berterima Umum (GAAP) ada dan oleh GAAP (di
Indonesia PSAK), pengakuan pendapatan dengan metode kas tidak diijinkan. Saat
ini, standar akuntansi kita telah mengikuti IFRS. IAS 18, “Revenue” pada
ketentuan kedua menyebutkan bahwa: pendapatan belum boleh diakui sampai dengan
memperoleh kepastian mengenai kas yang akan diterima—meskipun barang telah
diserahkan. Sepertinya, ketentuan ini mengarahkan agar pengakuan pendapatan
kembali ke metode kas. Namun sampai saat ini JAK belum memperoleh informasi
yang cukup apakah memang demikian maksudnya. Jika iya, tentu ini akan menjadi
kontra terhadap ketentuan pengakuan pedapatan versi GAAP di waktu-waktu yang
lalu—yang menekankan pentingnya metode akrual. Pada perusahaan-perusahaan retail, dimana kas diterima selalu pada saat
penyerahan barang, apakah menggunakan metode kas atau metode akrual menjadi
tidak begitu berpengaruh. Perbedaan akan sangat berpengauh ketika kedua metode
tersebut diterapkan di perusahaan-perusahaan yang menjual barang dengan sistim
kredit.
3. Pengakuan
Pendapatan Metode Pencicilan Penjualan (Installment Sales Method)
Metode pencicilan diterapkan untuk
pengakuan pendapatan yang diperoleh dari penjualan yang sistim pembayarannya
dicicil—yang dalam ketentuan IFRS dikatakan mengandung tingkat ketidakpastian
(uncertainties) yang tinggi. Misalnya:
Tanggal 20 Mei 2012, PT. JAK mengirimkan stock pakaian sisa ekspor senilai Rp 2
milyar kepada Toko Gaul, sebuah factory outlet di daerah Kemang. Atas
penyerahan tersebut, Toko Gaul (pembeli) akan melakukan pencicilan pembayaran
secara bertahap selama 4 tahun.
Lamanya tenggang waktu pembayaran
yang akan diterima dari Toko Gaul membuat tingkat ketidakpastian pembayaran
menjadi tinggi. Jika PT. JAK mengikuti ketentuan IFRS, maka PT. JAK tidak boleh
mengakui pendapatan Rp 2 milyar saat barang dikirimkan dengan pengakuan piutang
di sisi lainnya. Dalam kondisi seperti ini, IFRS menyarankan agar perusahaan
menerapkan pengakuan pendapatan dengan “metode pencicilan penjualan” (installment
sales method.) Dengan metode pencicilan penjualan, perusahaan mengakui
pendapatan hanya sebesar kas diterima pada saat pencicilan terjadi.
Misalnya: pada contoh kasus di atas, Toko
Gaul melakukan pembayaran pertama tanggal 20 Juni 2012 sebesar Rp 200 juta.
Maka atas penyerahan yang senilai Rp 2 milyar, PT. JAK baru boleh mengakui
pendapatan hanya sebesar Rp 200 juta pada tanggal 20 Juni 2012 (tidak lebih
besar dari itu dan tidak sebelum itu).
Di sisi lainnya, beban dan biaya
sehubungan dengan barang yang diserahkan, diakui secara proporsional sesuai
dengan pembayaran yang diterima, disertai dengan pengakuan laba/rugi kotor
tangguhan—sebagai selisih yang timbul akibat pengakuan pendapatan di satu
sisinya dan pengakuan beban dan biaya di sisi lainnya—yang nantinya diakui sebagai
laba/rugi sebenarnya di akhir periode. Pembayaran yang dicicil biasanya
disertai bunga, jika memang demikian maka bunganya diakui sebagai “pendapatan
bunga’ saat diterima. Sebagai
alternatif, IFRS juga menawarkan metode pengakuan pendapatan yang disebut
dengan “Metode Pemulihan Cost” (Cost Recovery Method)—untuk
kasus yang sama (penjualan denga pembayaran bertahap). Metode alternative ini
menggunakan kriteria pendapatan yang sama dengan metode pencicilan penjualan,
pengakuan pendapatan berdasarkan jumlah kas diterimapun sama, hanya saja laba/rugi
kotor tangguhan tidak diakui sebagai laba/rugi kotor sesungguhnya di akhir
periode (tahun), melainkan setelah semua cost dipulihkan (diketahui) di periode
pencicilan terakhir.
4. Metode
Persentase Penyelesaian (Percentage Of Completion Method)
Metode persentase penyelesaian
diterapkan untuk perusahaan-perusahaan kontraktor yang menangani proyek-proyek
konstruksi. Hingga bisa diserahkan kepada pemberi kontrak (pemesan),
proyek-proyek konstruksi biasanya membutuhkan waktu yang panjang (lebih dari
satu tahun buku). Oleh sebab itu, pemesan biasanya melakukan pembayaran dengan
2 cara:
1. Ada yang melakukan pembayaran
sekaligus—biasanya untuk proyek yang membutuhkan waktu penyelesaian yang
relatif singkat (satu hingga dua tahun)
2. Ada juga yang melakukan
pembayaran secara bertahap—sesuai dengan tingkat perkembangan penyelesaian
proyek.
(Catatan: Dalam
prakteknya, yang lebih banyak terjadi adalah yang kedua)
IFRS tidak memperkenaankan perusahaan kontraktor untuk mengakui
pendapatan sebesar nilai kontrak penuh, saat kontrak ditandatangani, karena sebagian nilai kontrak
dianggap mengandung tingkat kepastian ketertagihan yang rendah. Dalam
pengertian, kontraktor belum tentu menerima pembayaran dalam jumlah penuh
seperti yang tertera dalam kontrak. Sebagai gantinya, IFRS menyarankan agar
perusahaan kontraktor menggunakan pengakuan pendapatan dengan metode persentase
penyelesaian kontrak.
Dengan metode persentase
penyelesaian kontrak, perusahaan kontraktor mengakui pendapatan sebesar
persentase tingkat perkembangan penyelesaian kontrak, dengan pengakuan beban
dan biaya (di sisi lainnya) yang dilakukan secara proporsional, juga.
Hal yang perlu diketahui oleh perusahaan kontraktor dalam menerapkan
metode ini, yaitu:
a.
Kontrak
yang dimaksudkan haruslah kontrak yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum,
sehingga tingkat kepastian pendapatan menjadi tinggi—sepanjang kewajiban
pengerjaan proyek dilakukan sesuai ketentuan di dalam kontrak.
b.
Perusahaan
perlu melakukan administrasi pencatatan yang rapi sehingga setiap beban dan
biaya yang timbul bisa ditelusuri dan dihubungkan dengan pendapatan secara
akurat.
5.
Metode Penyelesaian Kontrak (Completed Contract
Method)
Masih di bidang usaha konstruksi,
menelusuri beban dan biaya lalu menghubungkannya dengan pendapatan kontrak yang
diperoleh (dengan menerapkan metode persentase penyelesaian), bukanlah sesuatu
yang mudah untuk dilakukan—terutama kemungkinan adanya penambahan beban dan
biaya, serta pendapatan yang diperoleh dalam suatu kontrak. Sebagai alternatif
yang secara teknis dianggap lebih masuk akal jika dibandingkan dengan metode persentase
penyelesaian kontrak adalah metode penyelesaian kontrak (completed contract
method). Dengan metode ini, perusahaan kontraktor melakukan pengakuan
pendapatan secara sekaligus saat kontrak sudah rampung, sehingga pendapatan dan
beban/biaya sudah diketahui secara pasti.
Hanya saja dengan metode ini, laporan keuangan perusahaan kontraktor menjadi terlihat sangat buruk
ketika dibandingkan antara satu periode dengan periode lainnya (di satu periode
mungkin nyaris tanpa aktivitas—meskipun kenyataannya ada, sedangkan di periode
lainnya mungkin aktivitasnya nampak sangat tinggi—meskipun sebagian aktivitas
yang sesungguhnya telah terjadi di periode sebelumnya.
Oleh sebab itu, metode ini menjadi tidak disukai oleh para pengguna
laporan keuangan (stake
holders), karena tidak dapat memberi gambaran yang bisa mewakili kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Pada akhirnya, para pengguna laporan keuangan
lebih memilih menggunakan metode persentase penyelesaian (metode yang
sebelumnya) bila pendapatan bisa diestimasi.
6. Metode
Kinerja Proporsional (Proportional Performance Method)
Bukan hanya di perusahaan yang
bergerak dalam bidang konstruksi, kondisi serupa juga terjadi di
perusahaan-perusahaan jasa yang mengerjakan suatu pesananan pekerjaan jasa
dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun buku). Misalnya: jasa penyusunan Sistim
Pengendalian Intern dan Standard Operating Procedure, jasa pembangunan dan
penyusunan jaringan komputer (networking), jasa pembuatan software untuk
industri tertentu (hotel, retail, dll).
Untuk kondisi seperti ini,
perusahaan jasa dianjurkan untuk melakukan pengakuan pendapatan dengan “metode
kinerja proporsional” (proportional performance method). Dengan satu catatan,
tingkat perkembangan pekerjaan jasa yang dilakukan bisa diidentifkasi dan
diestimasi. Dengan menerapkan metode ini, perusahaan jasa mengakui pendapatan
secara bertahap sesuai dengan porsi kinerja yang telah dilakukan di periode
tersebut. Nilai pendapatan yang diakui adalah sebesar porsi perbandingan antara
“beban langsung” (direct cost) yang timbul di periode tersebut dengan total
beban langsung bila pekerjaan jasa telah rampung, nantinya.
7. Pengakuan
Pendapatan Dengan Metode Produksi (Production Method)
Metode produksi menentukan besarnya
pendapatan dengan menggunakan nilai persediaan yang dihitung dengan harga
pasar, dikurangi biaya angkut ke tempat dimana komoditi dijual dan beban-beban
yang menyertainya. Metode pengakuan pendapatan yang satu ini termasuk langka
penerapannya, karena sampai saat ini belum diijinkan oleh standar. Kecuali
untuk jenis komoditi spesifik—yang memiliki market sudah pasti dan mudah dijual
dengan harga pasar, misalnya: emas, perak, tepung.
Kebanyakan pedagang komoditi semacam
itu, masih lebih suka menghitung persediaan sebesar cost bukan harga pasar,
kemudian pendapatan diakui sebesar harga jual pada saat laku. Itu sebabnya saya
katakan metode ini termasuk langka dalam penerapannya, saya pikir hanya
diterapkan bila perusahaan mengalami kesulitan untuk menghitung harga pokok
penjualan.
8. Pengakuan
Pendapatan Dengan Metode Perskot (Deposit Method)
Di perusahaan-perusahaan pengembang
real estate, ada kalanya terjadi transaksi penjualan property dengan kondisi
tertentu. Misalnya:“Pembeli membayar uang muka sebesar 30%, akan tetapi
berhak untuk menerima kembali uang muka tersebut jika pembeli memutuskan untuk
membatalkan pembelian sampai pada batas waktu tertentu.”
Untuk penjualan seperti ini, pengembang
tidak dibenarkan untuk mengakui pendapatan (atas penjualan tersebut), sampai
dengan batas waktu masa berlakunya pembatalan terlewati. Untuk sementara, uang
muka yang diterima tersebut diakui sebagai “Perskot” (Deposit) dalam kelompok
kewajiban di Neraca.
9. Invoice
Diterbitkan Tetapi Barang Ditahan (Bill and Hold Transactions)
Ada
kalanya dimana suatu pabrik sudah menyelesaikan barang yang diproduksi, lalu
menerbitkan invoice, akan tetapi barangnya tidak dikirimkan, melainkan disimpan
di gudangnya sendiri. Ini
jelas bersebrangan dengan ketentuan dasar pangakuan pendapatan yang
mensyarakatkan pendapatan hanya boleh diakui apabila barang sudah diserahkan
dan risiko yang melekat pada barang sudah berpindah ke tangan pembeli. Akan tetapi, ini dibolehkan untuk satu alasan
khusus, yaitu: pembeli memang meminta barang tersebut untuk tidak
dikirimkan untuk sementara karena gudang pembeli sudah penuh tidak ada lagi
untuk tempat menyimpan barang. Dengan kata lain, barang tersebut adalah barang
titipan si pembeli, yang artinya meskipun barang tersebut masih di gudang si
penjual, risiko yang melekat pada barang sudah menjadi tanggungjawab si
pembeli. Tentu ini akan sangat mudah
‘dimainkan’ oleh manajemen nakal yang bermaksud
mengangkat nilai pendapatan. Sehingga agar metode ini bisa diterima, maka ada
syarat-syarat khusus yang harus terpenuhi, yaitu:
a.
Term
penjualan (atas barang yang ditahan) tidak mengandung persyaratan yang
menyebutkan kemungkinan terjadinya pembatalan dari pihak pembeli setelah barang
selesai dikerjakan dan invoice diterbitkan.
b.
Barang
yang ditahan harus dalam keadaan yang siap untuk dikirimkan sewaktu-waktu.
c.
Barang
yang ditahan harus tersimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan
barang persediaan yang belum terjual (biasanya di tempatkan di rak yang
terpisah dengan skat yang jelas).
d.
Kelompok
barang ditahan (yang raknya sudah dipisahkan) harus diberi sticker atau alat
lain yang menyebukan nama pembeli yang memiliki barang tersebut.
e.
Di
dalam system (buku catatan) persediaan, barang yang ditahan tidak boleh masih
berstatus tersedia untuk dijual. Untuk itu harus sudah berstatus terkirim.
Dalam prakteknya, biasanya dibuatkan nama warehouse (gudang) baru, yang disebut
dengan “Gudang Pelanggan” secara virtual—meskipun fisiknya ada di dalam gudang
penjual itu sendiri.
f.
Penjual
(yang mengakui sebagai pendapatan) harus bisa menunjukan surat pernyataan resmi
dari pembeli (bisa dalam bentuk kontrak) yang menyebutkan dengan jelas dan
tegas bahwa: pembeli memang telah membeli barang tersebut dan menanggung semua
risiko yang mungkin timbul atas barang tersebut.
g.
Pembeli
harus memiliki alasan yang benar dan masuk-akal mengapa meminta agar barang
tersebut tidak dikirimkan terlebih dahulu (misal: tidak memiliki gudang
penyimpanan yang cukup)
2.4 Standar Akuntansi Internasional Tentang
laporan Laba Rugi
Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan
keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami
laba atau rugi dalam satu periode akuntansi.
Pelaporan
dalam laporan laba-rugi
1. Gross Profit
•
Dihitung
dengan mengurangi beban pokok penjualan dari hasil penjualan bersih.
•
Pengungkapan
pendapatan penjualan bersih sangat berguna.
•
Pendapatan
insidentil diungkapkan dalam pendapatan dan beban lainnya.
•
Analis
dapat lebih mudah memahami dan menilai kecenderungan dalam pendapatan dari operasi yang dilanjutkan.
2. Income from operation
Ditentukan dengan mengurangkan beban penjualan
dan administrasi serta pendapatan dan beban lainnya dari laba kotor.
•
Digunakan
untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan.
3. Gain and losses
•
Kerugian
write-down persediaan menjadi net realizable value atau Property, plant and
equipment menjadi recoverable amount, serta pembalikan lainny.
•
Kerugian
restrukturisasi kegiatan dan biaya restrukturisasi.
•
Keuntungan
atau kerugian pelepasan property,plant and equipment.
•
litigasi
permukiman.
4. Income before income tax
Dihitung dengan mengurang interest expense
terhadap income from operation.
5.
Net income
•
Merupakan
pendapatan setelah semua pendapatan dan beban untuk periode tersebut yang
diperhitungkan.
•
Dilihat
oleh banyak orang sebagai ukuran yang paling penting dari keberhasilan atau
kegagalan suatu perusahaan untukjangka waktu tertentu.
6.
Allocation to non controlling interest
•
IFRS
mensyaratkan bahwa laba bersih anak perusahaan dialokasikan untuk
controlling/non controlling interest.
•
Alokasi
ini dilaporkan di bagian bawah laporan Iaba rugi setelah laba bersih.
7.
Earnings per share
(Net
income - Preference dividends) dibagi Weighted average of ordinary shares
outstanding
•
Indikator
penting bisnis.
•
Mengukur
dolar yang diterima oleh setiap saham biasa.
•
Harus
diungkapkan pada laporan Iaba rugi.
8.
Discontinued operation
•
Keuntungan
atau kerugian dari penjualan sebuah komponen dari bisnis.
•
Hasil
usaha komponen yang telah atau akan dibuang secara terpisah dari operasi yang
dilanjutkan.
•
Efek
dari operasi dihentikan setelah dikurangi pajak, sebagai kategori terpisah
setelah operasi yang dilanjutkan.
•
Sebuah
perusahaan yang melaporkan discontinued operation harus melaporkan operasi
nilai per saham untuk setiap item discontinued operation baik dilaporan laba
rugi atau dalam catatan atas laporan keuangan.
9.
Extraordinary items
Dalam IFRS tidak diperbolehkan memasukkan
extraordinary item dalam Iaporan keuangan.
10.
lntraperiod tax allocation
Berkaitan beban pajak penghasilan dengan item
tertentu yang menimbulkan sejumlah beban pajak.
Pada
Iaporan laba_rugi, pajak penghasilan dialokasikan untuk:
(1)
income from continuing operations before tax
(2)
Discontinued operations
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Laba Komprehensif adalah total
perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal
dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal
dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh
perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi. Laporan laba rugi
komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode
Pendapatan,Biaya keuangan,Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan
ventura bersama yang dicatat atau dengan menggunakan metode ekuitas yaitu
beban
pajak, laba atau rugi, Setiap komponen dari pendapatan komprehensif
lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya, bagian pendapatan
komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
metode ekuitas; dan
total
laba rugi komprehensif. Komponen-Komponen Pembentuk Statemen
Laba-Rugi yaitu :
1) Seksi operasi utama (major operating activities section) :
a. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
b. Kos barang terjual (cost
of goods sold)
c. Biaya penjualan (selling
expenses)
d. Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
2)
Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section)
:
a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3)
Pajak penghasilan (income taxes)
4)
Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
5)
Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
6)
Pengaruh kumulatif perubahan prinsip
akuntansi (cumulative effects of
changes
in accounting principles)
7)
Pengaruh kumulatif perubahan
estimate / taksiran (cumulative effects
of changes
in accounting estimates)
8)
Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya
(other nonowner changes in equity)
termasuk pos-pos penerobos
3.2
Saran
Untuk mempermudah keinginan perusahaan yaitu memperoleh laba
semaksimal mungkin maka perusahaan perlu membuat laporan rugi laba, karena
dengan membuat laporan rugi laba, maka perusahaan dapat mengevaluasi
perkembangan dari perusahaan. Setiap perusahaan terutama perusahaan dalam skala
besar harus membuat laporan laba rugi komprehensif yang sesuai dan memenuhi
elemen-elemen yang harus ada, sehingga dapat menghasilkan informasi yang
berguna untuk mendukung pengambilan keputusan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete