Friday, November 7, 2014

MAKALAH INCOME STATEMENT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Kebutuhan akan suatu informasi keuangan dalam sebuah perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting. Informasi keuangan akan memberikan keputusan perusahaan untuk dapat melakukan tindakan atas kemajuan perusahaan. Beberapa informasi keuangan tersebut juga akan memberikan peluang perusahaan untuk mengantisipasi kerugian yang timbul akibat produksi, sehingga laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan beberapa orang yang di luar perusahaan.
Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu periode
akuntansi tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).
    Pada tahun 2011,  komponen laporan keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut antara lain, terlihat dalam laporan laba rugi menjadi laporan laba rugi komprehensif. Pendapatan komprehensif ini berisi perubahan-perubahan karena penggunaan model nilai wajar, pos-pos dalam pendapatan komprehensif lain mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi. Laporan laba rugi komprehensif tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, tetapi juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi.  Bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian  yang telah direalisasi disebut sebagai laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian  yang belum direalisasi disebut sebagai bagian pendapatan komprehensif lain.
            Oleh karena itu maka penulis menguraikan mengenai ”Income Statement” dalam makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan mengenai laporan laba rugi serta sebagai bahan diskusi bersama rekan-rekan.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa saja yang termasuk  elemen – elemen dalam laporan Laba Rugi Komprehensif ?
2.      Bagaimana format laporan Laba Rugi Komprehensif ?
3.      Bagaimana Nilai dari Pendapatan perusahaan ?
4.      Bagaimana Standar Akuntansi Internasional tentang laporan Laba Rugi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Memahami elemen – elemen dalam laporan Laba Rugi Komprehensif
2.      Mengetahui Format laporan Laba Rugi Komprehensif
3.       Mengetahui Nilai dari Pendapatan perusahaan
4.       Mengetahui Standar Akuntansi Internasional tentang laporan Laba Rugi

1.4 Kegunaan
Kegunaan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan tentang Laporan laba rugi (Income Statement)
2.      Bagi penulis salah satu menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Akuntansi dan mengetahui penjelasan tentangnya.
3.      Bagi pembaca hasil penulisan makalah ini dapat menambah wawasan tentang Teori Akuntansi.
1.5 Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi yang dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan judul makalah. Dan sumber lainnya melalui informasi media komunikasi (internet) yang berhubungan dengan tema makalah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Elemen - elemen dalam laporan Laba Rugi Komprehensif
            Laporan laba rugi (Income Statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Peran dari laporan laba rugi adalah sebagai sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan serta  mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode.
Laba Komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi.
Beberapa pendapat mengatakan bahawa Pendapatan komprehensif adalah jumlah laba bersih dan barang-barang lainnya yang harus melewati laporan laba rugi karena termasuk barang-barang seperti keuntungan yang belum direalisasi atau rugi dari efek tersedia untuk dijual dan keuntungan kurs atau kerugian . Barang-barang ini bukan merupakan bagian dari laba bersih , namun cukup penting untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif , memberikan pengguna gambaran yang lebih komprehensif dari organisasi secara keseluruhan .
Pos-pos atau barang-barang yang melewati laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep  laba komprehensif. Laba komprehensif meliputi semua suatu periode kecuali perubahan aktivitas inivestasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan dan keuntungan beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mecakup keuntungan dan kerugian yang tidak dimasukkan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati laporan laba-rugi ini disebut laba komprehensif lainnya.
Laba komprehensif lain berisi semua perubahan yang tidak diizinkan untuk disertakan dalam laporan laba rugi . Hal ini penting terutama untuk memahami perubahan yang sedang berlangsung dalam nilai wajar aset perusahaan . Item yang  harus dimasukkan dalam pendapatan komprehensif lain meliputi:
1.        Efek yang tersedia untuk dijual fair perubahan nilai yang sebelumnya ditulis  
       sebagai gangguan
2.        Efek yang tersedia untuk dijual Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
3.        Lindung nilai arus kas keuntungan dan kerugian instrumen perubahan dalam   
       surplus revaluasi
4.        Keuntungan dan kerugian aktuaria atas program manfaat pasti yang diakui sesuai    
      dengan IAS 19
5.        Keuntungan dan kerugian pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk
      dijual (IAS 39).
6.        Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transfer dari kategori tersedia untuk
       dijual ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo efek hutang yang belum  
       direalisasi
7.        Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang intra - entitas di mana
         penyelesaian tidak direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang mata uang  
        asing
8.        Keuntungan dan kerugian yang lindung nilai dari suatu investasi dalam suatu  
       entitas asing transaksi valuta asing
9.        Selisih kurs karena penjabaran mata uang asing
10.    Keuntungan atau kerugian pensiun imbalan pensiun atau pasca pensiun

Hal ini dapat diterima baik komponen laporan laba bersih komprehensif lain dari pengaruh pajak yang bersangkutan , atau sebelum pengaruh pajak terkait dengan beban pajak penghasilan agregat tunggal atau manfaat menunjukkan bahwa berhubungan dengan semua item pendapatan komprehensif lain,
 Barang yang akan dimasukkan dalam klasifikasi ini mungkin jarang ditemui oleh bisnis yang lebih kecil , sehingga jenis organisasi mungkin hanya kadang-kadang melaporkan pendapatan komprehensif lain .
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan ( FASB ) pendapatan komprehensif lain atau other comprehensive income ( OCI ) sebagai alat analisis keuangan yang berharga . Tujuannya FASB menyatakan itu secara umum adalah untuk menerbitkan panduan untuk meningkatkan komparabilitas , konsistensi dan transparansi pelaporan keuangan. Untuk mencapai hal ini , ia telah berusaha untuk meningkatkan keunggulan item yang dilaporkan dalam pendapatan komprehensif lain.
 Financial Accounting Standards Board (FASB) menjelaskan bahwa alasan utama digunakannya istilah laba komprehensif adalah untuk membedakan laba komprehensif dengan laba periode.
Perbandingan Laba Periodik dengan Laba Komprehensif
Net Income
Earning
·         Pendapatan
·         Biaya-Biaya
·         Keuntungan dari sumber yang tidak normal
200
140
(10)
200
140
(10)
·         Laba dari operasi normal
·         Rugi penjualan aktiva tetap
70
(10)
70
(10)
·         Laba sebelum pos luar biasa dan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
·         Pos luar biasa
·         Perubahan kumulatif perubahan prinsip akuntansi
60


(10)
(30)
60


(10)
·         Earning
50
·         Laba bersih (net income)
20

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa antara laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama yang sama yaitu, pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi keduanya tidak sama karena beberapa  komponen tertentu yang menjadi elemen laba komprehensif tidak dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Komponen tersebut adalah:
a)    Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu dialami dalam periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih.
b)   Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui dalam periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham sementara dan untung atau rugi penjabaran mata uang asing.

        Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan komprehensif (pos penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode:
1) Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, di mana semua pos penghasilan dan beban yang diakui  dalam satu periode (pendekatan satu laporan – the single statement approach); atau
2)    Dalam bentuk dua laporan (pendekatan dua laporan – the two statement approach):
a) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)
b) Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen
pendapatan komprehensif lain (dalam laporan laba rugi komprehensif).

    Total  laba rugi komprehensif (total comprehensive income) yang dilaporkan dalam  laporan laba rugi komprehensif adalah total semua pos penghasilan dan beban yang diakui selama satu periode (termasuk komponen laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain).
    Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode:
1)    Pendapatan;
2)    Biaya keuangan;
3)    Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
      dengan menggunakan metode ekuitas;
4)     Beban pajak;
5)     Operasi yang dihentikan yang mencakup suatu total dari:
             a)  Laba atau rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
             b) Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran
                nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau
                kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.
6)   Laba atau rugi;
7)    Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
     dengan sifat (selain angka 8 di bawah);
8)   Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama
     yang dicatat dengan metode ekuitas; dan
9)   Total laba rugi komprehensif

       Dengan demikian, total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen “laba rugi” dan “pendapatan komprehensif lain.” Sedangkan laba rugi (profit or loss) atau laba bersih (net income) adalah total pendapatan (income) dan beban (expenses), tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
       Di samping itu, entitas mengungkapkan pos-pos berikut dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode:
1)        Laba atau rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
a)         Kepentingan nonpengendali: dan
b)        Pemilik entitas induk.
2)        Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat didistribusikan
        kepada:
a)         Kepentingan nonpengendali; dan
b)        Pemilik entitas induk.
Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud di butir 1 – 6 di atas dan pengungkapan laba atau rugi yang diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali (non-controlling interest) dan pemilik entitas induk (owners of the parent) sebagaimana pada butir 1) di atas dalam laporan laba rugi terpisah (income statement).

2.2 Format laporan Laba Rugi Komprehensif
Laba komprehensif merupakan salah satu elemen statemen keuangan. Laba komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang berasal dari sumber-sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan bagaimana penyajian dalam statemen laba-rugi. Format laporan laba rugi komprehensif :
1.      Bentuk tunggal
Laporan Laba Rugi komprehensif dalam satu periode baik dalam bentuk satu laporan (bentuk tunggal). Pos Minimum yang disajikan adalah
Ø  Pendapatan (revenue)
Ø  Biaya Keuangan
Ø  Bagian laba rugi dari entitas sosial atau ventura yang dicatat menggunakan metode ekuitas
Ø  Beban Pajak
Ø  Jumlah laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan kerugian setelah pajak dari pelepasan aset dalam rangka operasi yang dihentikan.
Ø  Laba rugi
Ø  Komponen pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan menurut sifat.
Ø  Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura yang dicatat dengan metode ekuitas
Ø  Total Laba Rugi komprehensif


Penjelasan masing-masing laporan laba rugi diatas :
Ø  Pendapatan : jumlah pendapatan netto yang terdiri dari penjualan setelah dikurangi  dengan diskon dan retur penjualan selama periode laporan.
Ø  Beban Pokok Penjualan : menunjukkan beban pokok penjualan yang berkaitan langsung untuk menghasilkan penjualan selama periode laporan.
Ø  Laba Bruto : pendapatan dikurangi dengan beban pokok penjualan
Ø  Biaya Distribusi : Berisi informasi tentang beban yang terjadi terkait akibat upaya perusahaan mendapat penjualan selama periode laporan.
Ø  Beban Adiminstrasi : Berisi informasi beban umum administrasi selama periode laporan.
Ø  Beban lain-lain : transaksi selama periode yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam pendapatan dan beban (contoh: nilai keuntungan dan kerugian dari penjualan aset).
Ø  Beban Pendanaan : Pos terpisah untuk menampung informasi biaya pendanaan perusahaan yaitu beban bunga selama periode.
Ø  Laba sebelum pajak : Total laba sebelum pajak penghasilan.   
Ø  Beban pajak  penghasilan: merupakan beban pajak penghasilan yang dikenakan terhadap laba sebelum pajak penghasilan.
Ø  Laba tahun berjalan : Hasil neto laba perusahaan selama satu periode
Ø  Kepentingan non pengendali : menyajikan alokasi laba tahun berjalan dan laba komprehensif kepada hak minoritas atau kepentingan non pengendali.
Ø  Laba bersaham : merupakan jumlah laba periode berjalan perlembar saham yang beredar.  
Ø  Dilusian : Laba perlembar saham

2.      Laporan laba rugi komprehensif bentuk ganda
Jika perusahaan menggunakan bentuk ganda maka perusahaan harus menyiapkan 2 laporan. Laporan pertama:  Laporan laba rugi periode berjalan
Laporan kedua : Laporan laba rugi periode berjalan dan pendapatan komprehensif lain.
Pos Minimum yang harus disajikan ketika menggunakan format ganda adalah :
1.      Pendapatan
2.      Biaya Pendanaan
3.       Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi atau ventura yang menggunakan metode ekuitas.
4.      Beban Pajak
5.      Jumlah Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak dari pelpasan aset dalam rangka operasi yang dihentikan.
6.      Laba rugi.


Pada laporan laba rugi komprehensif bentuk ganda, informasi alokasi laba rugi periode berjalan  kepada pemilik entitas induk dan non pengendali disajikan dilaporan laba rugi terpisah.  Sedangkan total laba rugi komprehensif disajikan pada laporan laba rugi komprehensif. Dalam menyajikan komprehensif lain perusahaan dapat menyajikannya secara Neto ataupun Bruto sebelum pajak disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait dengan seluruh komponen tersebut.


2.3 Nilai Dari Pendapatan Perusahaan
            Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidak ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan.
            Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu  periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
            Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini:
1.      Penjualan barang
2.      Penjualan jasa
3.      Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden.

            Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan.Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:
1.      Biaya Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar ssebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.
2.      Biaya Kini (current cost): aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang diperoleh sekarang.
3.      Nilai realisasi atau penyelesaian (realization/settlement value) : Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
4.      Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
            Tujuan dari semua usaha pada akhirnya adalah untuk mendapatkan pendapatan yang bisa meningkatkan nilai perusahaan. Secara umum, pendapatan diakui pada saat realisasinya atau sepanjang tahap (siklus) operasi. Adapun beberapa metode pengakuan pendapatan :
1.      Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Akrual (Accrual Method)
Pengakuan pendapatan dengan pendekatan akrual termasuk yang paling mendasar, sehingga paling banyak diterapkan (di berbagai jenis usaha dalam berbagai skala). Pada dasanya metode akrual menggunakan pendekatan, yaitu “Ketentuan Dasar Pengakuan Pendapatan”, kecuali ketentuan IAS 18 yang ke-2 (recognition at time of payment)—yang cenderung mengarah ke cash-basis. Sehingga, sepanjang ketentuan-ketentuan dasar tersebut telah terpenuhi, maka suatu pendapatan sudah boleh diakui. Hal yang tak kalah penting untuk diketahui, sehubungan dengan penerapan metode ini adalah, adanya beban dan biaya yang harus diakui untuk disandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam periode yang sama—meskipun invoice tagihannya belum datang dari supplier/vendor.
2.      Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Kas (Cash Method)
Sederhananya, dengan menggunakan metode kas artinya perusahaan hanya mengakui pendapatan bila kas (atas penyerahan barang/jasa) sudah diterima. Ini metode paling tua yang sudah ada sejak sebelum Prinsip Akuntansi Berterima Umum (GAAP) ada dan oleh GAAP (di Indonesia PSAK), pengakuan pendapatan dengan metode kas tidak diijinkan. Saat ini, standar akuntansi kita telah mengikuti IFRS. IAS 18, “Revenue” pada ketentuan kedua menyebutkan bahwa: pendapatan belum boleh diakui sampai dengan memperoleh kepastian mengenai kas yang akan diterima—meskipun barang telah diserahkan. Sepertinya, ketentuan ini mengarahkan agar pengakuan pendapatan kembali ke metode kas. Namun sampai saat ini JAK belum memperoleh informasi yang cukup apakah memang demikian maksudnya. Jika iya, tentu ini akan menjadi kontra terhadap ketentuan pengakuan pedapatan versi GAAP di waktu-waktu yang lalu—yang menekankan pentingnya metode akrual. Pada perusahaan-perusahaan retail, dimana kas diterima selalu pada saat penyerahan barang, apakah menggunakan metode kas atau metode akrual menjadi tidak begitu berpengaruh. Perbedaan akan sangat berpengauh ketika kedua metode tersebut diterapkan di perusahaan-perusahaan yang menjual barang dengan sistim kredit.
3.      Pengakuan Pendapatan Metode Pencicilan Penjualan (Installment Sales Method)
Metode pencicilan diterapkan untuk pengakuan pendapatan yang diperoleh dari penjualan yang sistim pembayarannya dicicil—yang dalam ketentuan IFRS dikatakan mengandung tingkat ketidakpastian (uncertainties) yang tinggi. Misalnya: Tanggal 20 Mei 2012, PT. JAK mengirimkan stock pakaian sisa ekspor senilai Rp 2 milyar kepada Toko Gaul, sebuah factory outlet di daerah Kemang. Atas penyerahan tersebut, Toko Gaul (pembeli) akan melakukan pencicilan pembayaran secara bertahap selama 4 tahun.
Lamanya tenggang waktu pembayaran yang akan diterima dari Toko Gaul membuat tingkat ketidakpastian pembayaran menjadi tinggi. Jika PT. JAK mengikuti ketentuan IFRS, maka PT. JAK tidak boleh mengakui pendapatan Rp 2 milyar saat barang dikirimkan dengan pengakuan piutang di sisi lainnya. Dalam kondisi seperti ini, IFRS menyarankan agar perusahaan menerapkan pengakuan pendapatan dengan “metode pencicilan penjualan” (installment sales method.) Dengan metode pencicilan penjualan, perusahaan mengakui pendapatan hanya sebesar kas diterima pada saat pencicilan terjadi.
Misalnya: pada contoh kasus di atas, Toko Gaul melakukan pembayaran pertama tanggal 20 Juni 2012 sebesar Rp 200 juta. Maka atas penyerahan yang senilai Rp 2 milyar, PT. JAK baru boleh mengakui pendapatan hanya sebesar Rp 200 juta pada tanggal 20 Juni 2012 (tidak lebih besar dari itu dan tidak sebelum itu).
Di sisi lainnya, beban dan biaya sehubungan dengan barang yang diserahkan, diakui secara proporsional sesuai dengan pembayaran yang diterima, disertai dengan pengakuan laba/rugi kotor tangguhan—sebagai selisih yang timbul akibat pengakuan pendapatan di satu sisinya dan pengakuan beban dan biaya di sisi lainnya—yang nantinya diakui sebagai laba/rugi sebenarnya di akhir periode. Pembayaran yang dicicil biasanya disertai bunga, jika memang demikian maka bunganya diakui sebagai “pendapatan bunga’ saat diterima. Sebagai alternatif, IFRS juga menawarkan metode pengakuan pendapatan yang disebut dengan “Metode Pemulihan Cost” (Cost Recovery Method)—untuk kasus yang sama (penjualan denga pembayaran bertahap). Metode alternative ini menggunakan kriteria pendapatan yang sama dengan metode pencicilan penjualan, pengakuan pendapatan berdasarkan jumlah kas diterimapun sama, hanya saja laba/rugi kotor tangguhan tidak diakui sebagai laba/rugi kotor sesungguhnya di akhir periode (tahun), melainkan setelah semua cost dipulihkan (diketahui) di periode pencicilan terakhir.
4.      Metode Persentase Penyelesaian (Percentage Of Completion Method)
Metode persentase penyelesaian diterapkan untuk perusahaan-perusahaan kontraktor yang menangani proyek-proyek konstruksi. Hingga bisa diserahkan kepada pemberi kontrak (pemesan), proyek-proyek konstruksi biasanya membutuhkan waktu yang panjang (lebih dari satu tahun buku). Oleh sebab itu, pemesan biasanya melakukan pembayaran dengan 2 cara:
1. Ada yang melakukan pembayaran sekaligus—biasanya untuk proyek yang membutuhkan waktu penyelesaian yang relatif singkat (satu hingga dua tahun)
2. Ada juga yang melakukan pembayaran secara bertahap—sesuai dengan tingkat perkembangan penyelesaian proyek.
(Catatan: Dalam prakteknya, yang lebih banyak terjadi adalah yang kedua)
IFRS tidak memperkenaankan perusahaan kontraktor untuk mengakui pendapatan sebesar nilai kontrak penuh, saat kontrak ditandatangani, karena sebagian nilai kontrak dianggap mengandung tingkat kepastian ketertagihan yang rendah. Dalam pengertian, kontraktor belum tentu menerima pembayaran dalam jumlah penuh seperti yang tertera dalam kontrak. Sebagai gantinya, IFRS menyarankan agar perusahaan kontraktor menggunakan pengakuan pendapatan dengan metode persentase penyelesaian kontrak.
Dengan metode persentase penyelesaian kontrak, perusahaan kontraktor mengakui pendapatan sebesar persentase tingkat perkembangan penyelesaian kontrak, dengan pengakuan beban dan biaya (di sisi lainnya) yang dilakukan secara proporsional, juga.
Hal yang perlu diketahui oleh perusahaan kontraktor dalam menerapkan metode ini, yaitu:
a.       Kontrak yang dimaksudkan haruslah kontrak yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum, sehingga tingkat kepastian pendapatan menjadi tinggi—sepanjang kewajiban pengerjaan proyek dilakukan sesuai ketentuan di dalam kontrak.
b.       Perusahaan perlu melakukan administrasi pencatatan yang rapi sehingga setiap beban dan biaya yang timbul bisa ditelusuri dan dihubungkan dengan pendapatan secara akurat.

5.      Metode Penyelesaian Kontrak (Completed Contract Method)
Masih di bidang usaha konstruksi, menelusuri beban dan biaya lalu menghubungkannya dengan pendapatan kontrak yang diperoleh (dengan menerapkan metode persentase penyelesaian), bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan—terutama kemungkinan adanya penambahan beban dan biaya, serta pendapatan yang diperoleh dalam suatu kontrak. Sebagai alternatif yang secara teknis dianggap lebih masuk akal jika dibandingkan dengan metode persentase penyelesaian kontrak adalah metode penyelesaian kontrak (completed contract method). Dengan metode ini, perusahaan kontraktor melakukan pengakuan pendapatan secara sekaligus saat kontrak sudah rampung, sehingga pendapatan dan beban/biaya sudah diketahui secara pasti.
Hanya saja dengan metode ini, laporan keuangan perusahaan kontraktor menjadi terlihat sangat buruk ketika dibandingkan antara satu periode dengan periode lainnya (di satu periode mungkin nyaris tanpa aktivitas—meskipun kenyataannya ada, sedangkan di periode lainnya mungkin aktivitasnya nampak sangat tinggi—meskipun sebagian aktivitas yang sesungguhnya telah terjadi di periode sebelumnya.
Oleh sebab itu, metode ini menjadi tidak disukai oleh para pengguna laporan keuangan (stake holders), karena tidak dapat memberi gambaran yang bisa mewakili kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Pada akhirnya, para pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan metode persentase penyelesaian (metode yang sebelumnya) bila pendapatan bisa diestimasi.

6.      Metode Kinerja Proporsional (Proportional Performance Method)
Bukan hanya di perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, kondisi serupa juga terjadi di perusahaan-perusahaan jasa yang mengerjakan suatu pesananan pekerjaan jasa dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun buku). Misalnya: jasa penyusunan Sistim Pengendalian Intern dan Standard Operating Procedure, jasa pembangunan dan penyusunan jaringan komputer (networking), jasa pembuatan software untuk industri tertentu (hotel, retail, dll).
Untuk kondisi seperti ini, perusahaan jasa dianjurkan untuk melakukan pengakuan pendapatan dengan “metode kinerja proporsional” (proportional performance method). Dengan satu catatan, tingkat perkembangan pekerjaan jasa yang dilakukan bisa diidentifkasi dan diestimasi. Dengan menerapkan metode ini, perusahaan jasa mengakui pendapatan secara bertahap sesuai dengan porsi kinerja yang telah dilakukan di periode tersebut. Nilai pendapatan yang diakui adalah sebesar porsi perbandingan antara “beban langsung” (direct cost) yang timbul di periode tersebut dengan total beban langsung bila pekerjaan jasa telah rampung, nantinya.
7.      Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Produksi (Production Method)
Metode produksi menentukan besarnya pendapatan dengan menggunakan nilai persediaan yang dihitung dengan harga pasar, dikurangi biaya angkut ke tempat dimana komoditi dijual dan beban-beban yang menyertainya. Metode pengakuan pendapatan yang satu ini termasuk langka penerapannya, karena sampai saat ini belum diijinkan oleh standar. Kecuali untuk jenis komoditi spesifik—yang memiliki market sudah pasti dan mudah dijual dengan harga pasar, misalnya: emas, perak, tepung.
Kebanyakan pedagang komoditi semacam itu, masih lebih suka menghitung persediaan sebesar cost bukan harga pasar, kemudian pendapatan diakui sebesar harga jual pada saat laku. Itu sebabnya saya katakan metode ini termasuk langka dalam penerapannya, saya pikir hanya diterapkan bila perusahaan mengalami kesulitan untuk menghitung harga pokok penjualan.
8.      Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Perskot (Deposit Method)
Di perusahaan-perusahaan pengembang real estate, ada kalanya terjadi transaksi penjualan property dengan kondisi tertentu. Misalnya:“Pembeli membayar uang muka sebesar 30%, akan tetapi berhak untuk menerima kembali uang muka tersebut jika pembeli memutuskan untuk membatalkan pembelian sampai pada batas waktu tertentu.”
Untuk penjualan seperti ini, pengembang tidak dibenarkan untuk mengakui pendapatan (atas penjualan tersebut), sampai dengan batas waktu masa berlakunya pembatalan terlewati. Untuk sementara, uang muka yang diterima tersebut diakui sebagai “Perskot” (Deposit) dalam kelompok kewajiban di Neraca. 
9.      Invoice Diterbitkan Tetapi Barang Ditahan (Bill and Hold Transactions)
Ada kalanya dimana suatu pabrik sudah menyelesaikan barang yang diproduksi, lalu menerbitkan invoice, akan tetapi barangnya tidak dikirimkan, melainkan disimpan di gudangnya sendiri.  Ini jelas bersebrangan dengan ketentuan dasar pangakuan pendapatan yang mensyarakatkan pendapatan hanya boleh diakui apabila barang sudah diserahkan dan risiko yang melekat pada barang sudah berpindah ke tangan pembeli. Akan tetapi, ini dibolehkan untuk satu alasan khusus, yaitu: pembeli memang meminta barang tersebut untuk tidak dikirimkan untuk sementara karena gudang pembeli sudah penuh tidak ada lagi untuk tempat menyimpan barang. Dengan kata lain, barang tersebut adalah barang titipan si pembeli, yang artinya meskipun barang tersebut masih di gudang si penjual, risiko yang melekat pada barang sudah menjadi tanggungjawab si pembeli. Tentu ini akan sangat mudah ‘dimainkan’ oleh manajemen nakal yang bermaksud mengangkat nilai pendapatan. Sehingga agar metode ini bisa diterima, maka ada syarat-syarat khusus yang harus terpenuhi, yaitu:
a.       Term penjualan (atas barang yang ditahan) tidak mengandung persyaratan yang menyebutkan kemungkinan terjadinya pembatalan dari pihak pembeli setelah barang selesai dikerjakan dan invoice diterbitkan.
b.      Barang yang ditahan harus dalam keadaan yang siap untuk dikirimkan sewaktu-waktu.
c.       Barang yang ditahan harus tersimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan barang persediaan yang belum terjual (biasanya di tempatkan di rak yang terpisah dengan skat yang jelas).
d.      Kelompok barang ditahan (yang raknya sudah dipisahkan) harus diberi sticker atau alat lain yang menyebukan nama pembeli yang memiliki barang tersebut.
e.       Di dalam system (buku catatan) persediaan, barang yang ditahan tidak boleh masih berstatus tersedia untuk dijual. Untuk itu harus sudah berstatus terkirim. Dalam prakteknya, biasanya dibuatkan nama warehouse (gudang) baru, yang disebut dengan “Gudang Pelanggan” secara virtual—meskipun fisiknya ada di dalam gudang penjual itu sendiri.
f.       Penjual (yang mengakui sebagai pendapatan) harus bisa menunjukan surat pernyataan resmi dari pembeli (bisa dalam bentuk kontrak) yang menyebutkan dengan jelas dan tegas bahwa: pembeli memang telah membeli barang tersebut dan menanggung semua risiko yang mungkin timbul atas barang tersebut.
g.      Pembeli harus memiliki alasan yang benar dan masuk-akal mengapa meminta agar barang tersebut tidak dikirimkan terlebih dahulu (misal: tidak memiliki gudang penyimpanan yang cukup)

2.4 Standar Akuntansi Internasional Tentang laporan Laba Rugi
Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi.
Pelaporan dalam laporan laba-rugi
1.         Gross Profit
         Dihitung dengan mengurangi beban pokok penjualan dari hasil penjualan bersih.
         Pengungkapan pendapatan penjualan bersih sangat berguna.
         Pendapatan insidentil diungkapkan dalam pendapatan dan beban lainnya.
         Analis dapat lebih mudah memahami dan menilai kecenderungan dalam  pendapatan dari operasi yang dilanjutkan.

2.    Income from operation
Ditentukan dengan mengurangkan beban penjualan dan administrasi serta pendapatan dan beban lainnya dari laba kotor. 
         Digunakan untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. 
3.         Gain and losses
         Kerugian write-down persediaan menjadi net realizable value atau Property, plant and equipment menjadi recoverable amount, serta pembalikan lainny. 
         Kerugian restrukturisasi kegiatan dan biaya restrukturisasi. 
         Keuntungan atau kerugian pelepasan property,plant and equipment. 
         litigasi permukiman. 
4.         Income before income tax 
Dihitung dengan mengurang interest expense terhadap income from operation. 
5. Net income
         Merupakan pendapatan setelah semua pendapatan dan beban untuk periode tersebut yang diperhitungkan.
         Dilihat oleh banyak orang sebagai ukuran yang paling penting dari keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan untukjangka waktu tertentu.
6. Allocation to non controlling interest
         IFRS mensyaratkan bahwa laba bersih anak perusahaan dialokasikan untuk controlling/non controlling interest.
         Alokasi ini dilaporkan di bagian bawah laporan Iaba rugi setelah laba bersih.
7. Earnings per share
(Net income - Preference dividends) dibagi Weighted average of ordinary shares outstanding
         Indikator penting bisnis.
         Mengukur dolar yang diterima oleh setiap saham biasa. 
         Harus diungkapkan pada laporan Iaba rugi.
8. Discontinued operation
         Keuntungan atau kerugian dari penjualan sebuah komponen dari bisnis. 
         Hasil usaha komponen yang telah atau akan dibuang secara terpisah dari operasi yang dilanjutkan. 
         Efek dari operasi dihentikan setelah dikurangi pajak, sebagai kategori terpisah setelah operasi yang dilanjutkan. 
         Sebuah perusahaan yang melaporkan discontinued operation harus melaporkan operasi nilai per saham untuk setiap item discontinued operation baik dilaporan laba rugi atau dalam catatan atas laporan keuangan. 
9. Extraordinary items
Dalam IFRS tidak diperbolehkan memasukkan extraordinary item dalam Iaporan keuangan.
10. lntraperiod tax allocation
Berkaitan beban pajak penghasilan dengan item tertentu yang menimbulkan sejumlah beban pajak.
Pada Iaporan laba_rugi, pajak penghasilan dialokasikan untuk:
(1) income from continuing operations before tax
(2) Discontinued operations



BAB III
PENUTUP
3.1        Simpulan
Laba Komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi.     Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode Pendapatan,Biaya keuangan,Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat atau dengan menggunakan metode ekuitas yaitu
beban pajak, laba atau rugi, Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifatnya, bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan metode ekuitas; dan
total laba rugi komprehensif. Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi yaitu :
       1)    Seksi operasi utama (major operating activities section) :
             a.    Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
             b.    Kos barang terjual (cost of goods sold)
             c.    Biaya penjualan (selling expenses)
             d.   Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
       2)        Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
        a.          Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
        b.         Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
       3)       Pajak penghasilan (income taxes)
       4)       Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
       5)       Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
       6)       Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of changes   
               in accounting principles)
       7)       Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of changes
               in accounting estimates)
       8)       Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity)
               termasuk pos-pos penerobos
3.2        Saran
Untuk mempermudah keinginan perusahaan yaitu memperoleh laba semaksimal mungkin maka perusahaan perlu membuat laporan rugi laba, karena dengan membuat laporan rugi laba, maka perusahaan dapat mengevaluasi perkembangan dari perusahaan. Setiap perusahaan terutama perusahaan dalam skala besar harus membuat laporan laba rugi komprehensif yang sesuai dan memenuhi elemen-elemen yang harus ada, sehingga dapat menghasilkan informasi yang berguna untuk mendukung pengambilan keputusan.



1 comment: