Thursday, November 28, 2013

MAKALAH INFLASI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Inflasi merupakan salah satu fenomena ekonomi moneter yang menarik untuk ditelaah karena dijumpai hampir di seluruh negara di dunia. Dalam teori ekonomi makro, masalah inflasi menempati salah satu topik bahasan yang cukup penting, hal ini menyangkut stabilitas perekonomian suatu negara. Menurut para ahli ekonomi moneter, inflasi dapat diibaratkan sebagai api dalam perekonomian. Bila tingkat inflasi yang terjadi cukup tinggi – berkisar 30 sampai 100 persen pertahunnya – sering tidak diinginkan dalam suatu perekonomian, karena bukan saja akan menghambat kelancaran jalannya roda perekonomian, bahkan dapat merusak tatanan atau sendi-sendi perekonomian negara yang mengalaminya.
Akan tetapi pada keadaan tertentu, inflasi seolah-olah sengaja ditimbulkan guna mendorong pembangunan ekonomi suatu negara. Misalnya dalam kasus pengekangan tingkat harga dan kebijaksanaan mempertahankan stabilitas moneter yang dapat memperlambat perkembangan ekonomi, karena adanya hambatan (bottlenecks) pada sektor-sektor yang cukup penting, seperti pertanian, perdagangan luar negeri dan lainnya. Untuk itulah diperlukan suatu inflasi pada tingkat yang relevan. Sebab kalau laju inflasi tidak terkendalikan dengan baik justru akan menjadi bumerang bagi perekonomian itu sendiri.
Untuk suatu periode tertentu, kejadian inflasi dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda-beda. Dilihat dari penyebab awal, inflasi dapat dibedakan atas dua kelompok. Pertama, terjadinya inflasi karena adanya kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa (agregate demand) yang pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan harga-harga. Proses inflasi yang demikian disebut demand pull inflation. Yang kedua, timbulnya inflasi karena peningkatan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga faktor-faktor produksi yang akhirnya menyebabkan penawaran agregatif berkurang. Kejadian inflasi seperti ini dikenal dengan sebutan cost push inflation.
Seperti telah disebutkan di atas, peristiwa inflasi terjadi hampir disemua negara, terutama di negara-negara berkembang. Pada negara-negara yang sudah maju, laju inflasi dapat dikendalikan pada tingkat yang wajar. Hal ini dimungkinkan karena output yang dihasilkan atau penawaran pada pasar barang di negara-negara maju tersebut dapat memenuhi kenaikan permintaan yang terjadi. Sehingga kecenderungan kenaikan harga sebagai akibat adanya kelebihan permintaan dapat dikendalikan dengan baik.
Lain halnya dengan yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Pada negara-negara ini, persoalan inflasi sering menjadi issue yang menarik serta memerlukan perhatian ekstra dalam penanggulangannya. Bahkan tidak jarang para penentu kebijakan di negara berkembang dihadapkan pada kondisi yang dilematis dalam menanggulangi inflasi, terutama bila dikaitkan dengan masalah pengangguran yang ada di negara tersebut.



1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan inflasi ?
2.      Apa yang menyebabkan inflasi ?
3.      Apa pengaruh inflasi terhadap perekonomian ?
4.      Bagaimana cara mengatasi inflasi ?
5.      Apa jenis inflasi ?
1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui pengertian inflasi.
2.      Mengetahui penyebab inflasi.
3.      Mengetahui pengaruh inflasi terhadap perekonomian.
4.      Mengetahui cara mengatasi inflasi.
5.      Mengetahui jenis inflasi.
1.4  Kegunaan
Kegunaan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan tentang inflasi.
2.      Bagi penulis salah satu menyelesaikan tugas mata kuliah bahasa indonesia dan mengetahui permasalahan tentang inflasi.
3.      Bagi pembaca hasil penulisan makalah ini dapat menambah wawasan tentang inflasi.


1.5  Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi yang dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan judul makalah. Dan sumber lainnya melalui informasi media komunikasi (internet) yang berhubungan dengan tema makalah.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori
Menurut  William  A.  Mc Eachern  yang  di  alih  bahasa  oleh  Sigit  Tanadaru  SE (2000), inflasi adalah “kenaikan terus-menerus dalam tingkat harga satu perekonomian akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat” (h.123). Jadi bisa dikatakan bahwa bila terjadi kenaikan harga pada bulan ini, namun bulan berikutnya harga mengalami penurunan, itu tidak bisa dikatakan inflasi.
Inflasi karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan Demand Pull Inflation   (inplasi   karena   ditarik   permintaan).   Dalam   inflasi   tersebut,   kenaikan permintaan agregat menarik tingkat harga menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh inflasi yang dialami Amerika Serikat pada sekitar tahun 1960 adalah karena demand pull inflation, yaitu karena pada saat terjadi pertumbuhan belanja federal untuk perang Vietnam dan perluasan program sosial yang menaikan permintaan agregat.
Inflasi juga dapat terjadi karena penurunan penawaran agregar, inflasi semacam ini dinamakan Cost Pull Inflation. Bila terjadi kondisi penawaran yang menurun, maka menurut hukum ekonomi harga yang akan terbentuk menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh: adanya kegagalan panen padi akan menyebabkan harga beras menjadi lebih mahal.
Pengukuran tingkat inflasi biasanya diukur dengan indek harga konsumen (consumer price index). CPI akan mengukur tingkat kenaikan harga barang-barang konsumsi dibandingkan dengan tahun dasar perhitungan. Hasil akhir dari perhitungan inflasi adalah sebuah angka yang menunjukan berapa besar persentase kenaikan harga barang dibandingkan dengan tahun dasar perhitungan.
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, yang menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya Proses inflasi merupakan proses perebutan bagian rezeki di antara berbagai kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa melebihi jumlah yang ditawarkan, sehingga menimbulkan inflationary gap.
Inflationary gap ini timbul karena masyarakat berhasil meningkatkan permintaan efektif mereka sebagai akibat dari adanya dana tambahan untuk itu. Kelompok masyarakat di sini mungkin saja pemerintah, yang berusaha untuk memperoleh output masyarakat dengan jalan melakukan defisit anggaran belanja negara yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. Atau mungkin golongan tersebut terdiri dari pengusaha-pengusaha swasta yang menginginkan untuk melakukan investasi-investasi baru dengan memperoleh dana dari kredit bank. Namun kelompok masyarakat yang dimaksud bisa juga terdiri dari serikat pekerja yang berusaha untuk memperoleh kenaikkan upah/gaji bagi anggotanya melebihi kenaikkan produktivitas perkerja tersebut.
Teori inflasi strukturalis. Menurut teori ini, inflasi hanya dapat diatasi secara gradual dalam jangka panjang. Lebih lanjut menurut teori strukturalis, inflasi terjadi karena ketidak elastisan sisi penawaran pada pasar barang. Ada dua faktor yang menyebabkan ketidak elastisan sisi penawaran pada pasar barang tersebut :
1. Tidak elastisnya penawaran komoditi pertanian (bahan pangan). Hal ini karena komoditi pertanian sangat tergantung kepada aspek musim, umur panen, varietas, teknologi, luas lahan dan sebagainya. Sehingga bila terjadi perubahan permintaan pasar maka pemasok komoditi pertanian (dalam hal ini petani) tidak dapat dengan serta merta merespon perubahan permintaan tersebut atau dengan kata lain, jumlah pasokannya tidak dapat diubah dalam waktu pendek. Di sisi lain, langkanya persediaan bahan pangan di dalam negeri akan menyebabkan harga komoditi tersebut naik, sehingga indeks biaya hidup di perkotaan/sektor industri meningkat. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kenaikan upah/gaji di sektor industri yang akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan naiknya harga. Kenaikan harga barang-barang industri akan menimbulkan kenaikan upah lagi yang pada gilirannya akan menjadikan harga naik lagi. Inilah penyebab inflasi jika dilihat dari sudut kenaikan biaya produksi (cost puh inflation).
2. Hal kedua yang menyebabkan ketidak elastisan sisi penawaran pada pasar barang adalah terbatasnya cadangan devisa yang dimiliki negara tersebut, sehingga menghambat kemampuan untuk melakukan impor. Untuk itu terpaksa dilakukan kebijaksanaan subsitusi impor. Tetapi kebijaksanaan ini sering menyebabkan naiknya harga – karena biaya produksi yang masih tinggi atau belum efisien – kalau proses seperti ini terjadi terhadap berbagai barang yang dulunya diimpor, sehingga makin banyak barang-barang yang harganya makin naik. Dengan demikian inflasi terjadi.
Teori inflasi ekspetasional, Pada dasarnya teori ini merupakan bagian dari teori kuantitas uang. Menurut teori ini, kejadian suatu inflasi tergantung pada sekelompok ekspektasi tentang peningkatan harga dan upah. Misalkan perusahaanperusahaan dan serikat pekerja menduga bahwa pada tahun yang akan datang terjadi inflasi sebesar 10%. Maka, serikat pekerja akan cenderung memulai perundingan/ melakukan tuntutan kenaikan upah sekitar 10%, sehingga kalau pada tahun yang dimaksud inflasi yang terjadi benar sebesar 10%, dengan demikian upah riil mereka tidak berubah. Mereka akan menyatakan bahwa perusahaan mampu membayar kenaikan upah sebesar 10% tersebut dari hasil tambahan yang akan diperoleh perusahaan, karena harga-harga produk akan meningkat sebesar 10%.
Oleh karena serikat pekerja dan manajer perusahaan memperkirakan laju inflasi sebesar angka tertentu, misalnya 10%, maka perilaku mereka dalam menetapkan upah serta harga-harga akan cenderung menyebabkan timbulnya inflasi, terlepas dari bagaimana situasi moneter dan kebijaksanaan fiskal yang dijalankan pemerintah.




                                                           
2.2     Pembahasan
2.2.1  Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga umum untuk menaik secara umum dan terus menerus atau juga dapat dikatakan suatu gejala terus naiknya harga-harga barang dan berbagai faktor produksi umum,secara terus-menerus dalam periode tertentu.Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.
1.      Kenaikan Harga
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu kemarin.
2.      Sifatnya Umum
Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi naik ini baru bias disebut inflasi.
3.      Berlangsung terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakan inflasi jika naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan.
2.2.2   Beberapa faktor masalah sosial yang muncul dari inflasi yaitu :
   1. Menurunnya tingkat kesejahtraan rakyat
   2. Memburuknya distribusi pendapatan
   3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
2.2.3     Jenis inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu : inflasi ringan, sedang, berat dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan  harga berada dibawah angka 10% setahun, inflasi sedang antara 10%-30% setahun, inflasi berat antara 30%-100% setahun, dan inflasi hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada diatas 100%.
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi meliputi:
1).
Inflasi Ringan (Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
2).
Inflasi Sedang Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
3).
Inflasi Berat Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
4).
Hiper Inflasi Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.

Ada pun Jenis-jenis inflasi, berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
Inflasi tarikan Permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Inflasi Desakan Biaya, inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi yang meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang (inflasi).
Inflasi Di impor, inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluran perusahaan-peruasahaan.
Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat dibedakan kedalam :
1.      Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih berharga.
2.      Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.
3.       Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.
2.2.4     Faktor - faktor yang mempengaruhi inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi :
1. Demand Pull Inflation Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
2. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.
3. Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
4. Imported Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang.
Pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu gabungan dari dua masalah berikut :
4.1     Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
4.2     Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama, kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Kedua, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Ketiga, kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung jawab.
Akibat-akibat buruk dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah, menurunkan taraf kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja akan merosot sehingga taraf hidupnya pun akan menurun. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan atau diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba sebagai akibat suatu peristiwa tertentu ysng berlaku diluar ekspektasi pemerintah misalnya depresiasi nilai uang yang sangat besar atau keadaan politik yang tidak stabil.
2.2.5        Penyebab inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
2.2.6  Cara mengatasi inflasi
Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi :
1. Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
1.1 Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
1.2 Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI.
1.3 Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
1.4 Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara  memperketat pemberian kredit.
1.5 Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada     tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1.
2. Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:
2.1 Menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada     pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2.2   Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
2.3 Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
3. Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
3.1 Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif     dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
3.2 Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan     upah disaat sedang inflasi.
3.3 Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang tertentu.
3.4 Kebijakan yang mendorong pertumbuhan output atau produksi masyarakat, misalnya dengan cara memberikan fasilitas keringanan pajak atau memberikan subsidi serta fasilitas kredit murah bagi para pengusaha / produsen yang menghasilkan komoditi yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak.
5. Melakukan kebijakan pengendalian harga, yakni dengan menetapkan batasan harga tertinggi (ceiling price) dan harga terendah (floor price) terhadap berbagi komoditi strategis yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak. Harga dibiarkan berfluktuasi pada kisaran tersebut. Bila harga yang berlaku naik menembus batasan harga tertinggi yang ditolerir oleh pemerintah, maka pemerintah akan melakukan operasi pasar dengan jalan menjual persediaan barang yang miliki pemerintah dengan tingkat harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar. Tindakan ini dimaksudkan agar harga yang berlaku di pasar kembali turun pada kisaran semula. Sebaliknya bila harga dipasar mengalami penurunan dibawah batas terendah yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah akan melakukan pembelian terhadap komoditi tersebut agar harganya naik kembali. Tindakan ini dilakukan agar para produsen (terutama petani atau pengusaha kecil) tidak menderita kerugian yang lebih besar sehingga dapat mematikan usaha produsen tersebut.
6. Melakukan kebijakan penjatahan/catu atau rationing. Kebijakan ini dimaksud agar tidak terjadi spekulasi penimbunan barang oleh sekelompok masyarakat tertentu.
7. Melakukan impor dari luar negeri. Namun tindakan ini sering terhambat dengan keterbatasan devisa yang dimiliki negara tersebut dan terutama bila harga luar negeri yang terjadi lebih mahal dibanding harga dalam negeri.
8. Melakukan himbauan kepada masyarakat untuk tidak berprilaku konsumtif dan mengurangi jumlah konsumsinya. Meskipun upaya ini sangat sulit diharapkan keberhasilannya.
2.2.7  Dampak inflasi                                                
1. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
2. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada Pengusaha kecil).
3. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2.8 Efek-efek inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (equity effects).
Efek inflasi terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Bagi kelompok masyarakat yang memperoleh penghasilan tetap (pegawai/pensiunan) maupun masyarakat berpenghasilan rendah (petani/buruh), inflasi menimbulkan efek yang merugikan kepada mereka. Hal ini terutama karena menurunnya pendapatan riil mereka akibat inflasi. Tapi bagi kelompok masyarakat lainnya (pedagang) mereka justru diuntungkan dengan adanya inflasi. Karena nilai persediaan barang dagang mereka justru meningkat dengan adanya inflasi.
2. Efek terhadap Efisiensi (efficiency effects).
Inflasi dapat pula mengubah alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapabarang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya. Hal ini kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi secara lebih efisien dibanding sebelumnya.

3. Efek terhadap Output (output effects).
Sampai batas tertetu, inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi karena adanya insentif harga yang dinikmati produsen. Tetapi apabila laju kenaikan harga ini terus berlanjut dan cenderung tidak terkendali (hiper inflasi), maka inflasi justru menjadi penghambat peningkatan produksi. Karena meskipun harga yang diterima produsen cukup tinggi, namun hal ini akan diikuti dengan kenaikan harga bahan baku dab bahan penunjang, sehingga biaya produksi meningkat. Peningkatan biaya produksi akan menyebabkan harga jual meningkat lagi sementara daya beli konsumen semakin menurun.



BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
1. Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.
2. Secara kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga dan mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter dijalankan dengan mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan suku bunga.
3. Kedua bentuk kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan kefektifannya.



3.2  Saran
1.      Pemerintah indonesia dalam hal ini BI sebagai otoritas moneter harus tetap menjaga kesetabilan nilai tukar mata uangnya terhadap dollar AS dalam rentang yang aman dan terkendali, kesetabilan nilai tukar tetap berpengaruh terhadap naik turunnya inflasi. Disisi lain pemerintah harus berupaya agar ketergantungan terhadap produk impor sedikit demi sedikit berkurang.
2.      Tingkat suku bunga sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi peningkatan inflasi harus dikendalikan oleh BI agar tidak mengganggu iklim berinvestasi bagi para investor terkhusus lagi untuk kasus di indonesia perlu diperhatikan perbaikan struktur keuangan kita agar kenaikan variabel tingkat bunga dapat mengurangi tingkat inflasi.



0 komentar:

Post a Comment