BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi merupakan salah satu fenomena ekonomi
moneter yang menarik untuk ditelaah karena dijumpai hampir di seluruh negara di
dunia. Dalam teori ekonomi makro, masalah inflasi menempati salah satu topik
bahasan yang cukup penting, hal ini menyangkut stabilitas perekonomian suatu
negara. Menurut para ahli ekonomi moneter, inflasi dapat diibaratkan sebagai
api dalam perekonomian. Bila tingkat inflasi yang terjadi cukup tinggi –
berkisar 30 sampai 100 persen pertahunnya – sering tidak diinginkan dalam suatu
perekonomian, karena bukan saja akan menghambat kelancaran jalannya roda
perekonomian, bahkan dapat merusak tatanan atau sendi-sendi perekonomian negara
yang mengalaminya.
Akan tetapi pada keadaan tertentu, inflasi seolah-olah
sengaja ditimbulkan guna mendorong pembangunan ekonomi suatu negara. Misalnya
dalam kasus pengekangan tingkat harga dan kebijaksanaan mempertahankan
stabilitas moneter yang dapat memperlambat perkembangan ekonomi, karena adanya hambatan
(bottlenecks) pada sektor-sektor yang cukup penting, seperti pertanian,
perdagangan luar negeri dan lainnya. Untuk itulah diperlukan suatu inflasi pada
tingkat yang relevan. Sebab kalau laju inflasi tidak terkendalikan dengan baik
justru akan menjadi bumerang bagi perekonomian itu sendiri.
Untuk suatu periode tertentu, kejadian inflasi dapat
ditimbulkan oleh sebab yang berbeda-beda. Dilihat dari penyebab awal, inflasi
dapat dibedakan atas dua kelompok. Pertama, terjadinya inflasi karena adanya
kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa (agregate
demand) yang pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan harga-harga.
Proses inflasi yang demikian disebut demand pull inflation. Yang kedua,
timbulnya inflasi karena peningkatan biaya produksi sebagai akibat kenaikan
harga faktor-faktor produksi yang akhirnya menyebabkan penawaran agregatif
berkurang. Kejadian inflasi seperti ini dikenal dengan sebutan cost push
inflation.
Seperti telah disebutkan di atas, peristiwa inflasi
terjadi hampir disemua negara, terutama di negara-negara berkembang. Pada
negara-negara yang sudah maju, laju inflasi dapat dikendalikan pada tingkat
yang wajar. Hal ini dimungkinkan karena output yang dihasilkan atau penawaran
pada pasar barang di negara-negara maju tersebut dapat memenuhi kenaikan
permintaan yang terjadi. Sehingga kecenderungan kenaikan harga sebagai akibat
adanya kelebihan permintaan dapat dikendalikan dengan baik.
Lain halnya dengan yang terjadi di negara-negara
yang sedang berkembang. Pada negara-negara ini, persoalan inflasi sering
menjadi issue yang menarik serta memerlukan perhatian ekstra dalam
penanggulangannya. Bahkan tidak jarang para penentu kebijakan di negara
berkembang dihadapkan pada kondisi yang dilematis dalam menanggulangi inflasi,
terutama bila dikaitkan dengan masalah pengangguran yang ada di negara
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas
dalam penulisan makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan inflasi ?
2.
Apa yang menyebabkan inflasi ?
3.
Apa pengaruh inflasi terhadap
perekonomian ?
4.
Bagaimana cara mengatasi inflasi ?
5.
Apa jenis inflasi ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui
pengertian inflasi.
2. Mengetahui
penyebab inflasi.
3. Mengetahui
pengaruh inflasi terhadap perekonomian.
4. Mengetahui
cara mengatasi inflasi.
5. Mengetahui
jenis inflasi.
1.4 Kegunaan
Kegunaan penyusunan
makalah ini adalah :
1.
Sebagai bahan pembelajaran dan
pengetahuan tentang inflasi.
2.
Bagi penulis salah satu menyelesaikan
tugas mata kuliah bahasa indonesia dan mengetahui permasalahan tentang inflasi.
3.
Bagi pembaca hasil penulisan makalah ini
dapat menambah wawasan tentang inflasi.
1.5 Metode
Penyusunan
makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi yang
dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
judul makalah. Dan sumber lainnya melalui informasi media komunikasi (internet)
yang berhubungan dengan tema makalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Teori
Menurut
William
A. Mc Eachern yang di alih bahasa oleh Sigit
Tanadaru SE (2000), inflasi adalah “kenaikan
terus-menerus dalam tingkat harga satu perekonomian
akibat adanya kenaikan permintaan
agregat atau penurunan penawaran
agregat” (h.123). Jadi bisa dikatakan bahwa bila terjadi kenaikan harga pada bulan ini, namun bulan berikutnya harga mengalami
penurunan, itu tidak bisa dikatakan
inflasi.
Inflasi karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan Demand Pull Inflation (inplasi karena
ditarik
permintaan). Dalam
inflasi tersebut,
kenaikan
permintaan agregat menarik tingkat harga menjadi lebih tinggi. Sebagai
contoh inflasi yang dialami Amerika Serikat pada sekitar tahun 1960
adalah karena demand pull inflation,
yaitu karena pada saat terjadi pertumbuhan belanja
federal untuk perang Vietnam dan perluasan program sosial
yang menaikan permintaan agregat.
Inflasi juga
dapat terjadi karena penurunan penawaran
agregar, inflasi semacam ini
dinamakan Cost Pull Inflation.
Bila terjadi kondisi penawaran yang menurun, maka menurut hukum ekonomi harga yang akan terbentuk menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh: adanya kegagalan panen
padi akan menyebabkan harga beras menjadi lebih mahal.
Pengukuran
tingkat inflasi biasanya diukur
dengan indek harga konsumen (consumer
price index). CPI akan mengukur
tingkat kenaikan harga barang-barang konsumsi dibandingkan dengan tahun dasar perhitungan. Hasil akhir dari perhitungan inflasi adalah sebuah angka yang
menunjukan berapa besar persentase kenaikan harga barang dibandingkan dengan
tahun dasar perhitungan.
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori
makronya, yang menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya Proses
inflasi merupakan proses perebutan bagian rezeki di antara berbagai kelompok sosial
yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat tersebut. Proses perebutan ini kemudian diterjemahkan menjadi
keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa melebihi
jumlah yang ditawarkan, sehingga menimbulkan inflationary gap.
Inflationary gap ini
timbul karena masyarakat berhasil meningkatkan permintaan efektif mereka
sebagai akibat dari adanya dana tambahan untuk itu. Kelompok masyarakat di sini
mungkin saja pemerintah, yang berusaha untuk memperoleh output masyarakat
dengan jalan melakukan defisit anggaran belanja negara yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru. Atau mungkin golongan tersebut terdiri dari pengusaha-pengusaha
swasta yang menginginkan untuk melakukan investasi-investasi baru dengan
memperoleh dana dari kredit bank. Namun kelompok masyarakat yang dimaksud bisa
juga terdiri dari serikat pekerja yang berusaha untuk memperoleh kenaikkan
upah/gaji bagi anggotanya melebihi kenaikkan produktivitas perkerja tersebut.
Teori inflasi strukturalis. Menurut teori ini,
inflasi hanya dapat diatasi secara gradual dalam jangka panjang. Lebih lanjut
menurut teori strukturalis, inflasi terjadi karena ketidak elastisan sisi
penawaran pada pasar barang. Ada dua faktor yang menyebabkan ketidak elastisan
sisi penawaran pada pasar barang tersebut :
1. Tidak elastisnya
penawaran komoditi pertanian (bahan pangan). Hal ini karena komoditi pertanian
sangat tergantung kepada aspek musim, umur panen, varietas, teknologi, luas
lahan dan sebagainya. Sehingga bila terjadi perubahan permintaan pasar maka
pemasok komoditi pertanian (dalam hal ini petani) tidak dapat dengan serta
merta merespon perubahan permintaan tersebut atau dengan kata lain, jumlah
pasokannya tidak dapat diubah dalam waktu pendek. Di sisi lain, langkanya
persediaan bahan pangan di dalam negeri akan menyebabkan harga komoditi
tersebut naik, sehingga indeks biaya hidup di perkotaan/sektor industri
meningkat. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kenaikan upah/gaji di
sektor industri yang akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan naiknya
harga. Kenaikan harga barang-barang industri akan menimbulkan kenaikan upah
lagi yang pada gilirannya akan menjadikan harga naik lagi. Inilah penyebab
inflasi jika dilihat dari sudut kenaikan biaya produksi (cost puh inflation).
2. Hal kedua yang
menyebabkan ketidak elastisan sisi penawaran pada pasar barang adalah
terbatasnya cadangan devisa yang dimiliki negara tersebut, sehingga menghambat
kemampuan untuk melakukan impor. Untuk itu terpaksa dilakukan kebijaksanaan
subsitusi impor. Tetapi kebijaksanaan ini sering menyebabkan naiknya harga –
karena biaya produksi yang masih tinggi atau belum efisien – kalau proses seperti
ini terjadi terhadap berbagai barang yang dulunya diimpor, sehingga makin
banyak barang-barang yang harganya makin naik. Dengan demikian inflasi terjadi.
Teori inflasi ekspetasional, Pada dasarnya teori ini
merupakan bagian dari teori kuantitas uang. Menurut teori ini, kejadian suatu
inflasi tergantung pada sekelompok ekspektasi tentang peningkatan harga dan
upah. Misalkan perusahaanperusahaan dan serikat pekerja menduga bahwa pada
tahun yang akan datang terjadi inflasi sebesar 10%. Maka, serikat pekerja akan
cenderung memulai perundingan/ melakukan tuntutan kenaikan upah sekitar 10%,
sehingga kalau pada tahun yang dimaksud inflasi yang terjadi benar sebesar 10%,
dengan demikian upah riil mereka tidak berubah. Mereka akan menyatakan bahwa
perusahaan mampu membayar kenaikan upah sebesar 10% tersebut dari hasil
tambahan yang akan diperoleh perusahaan, karena harga-harga produk akan
meningkat sebesar 10%.
Oleh karena serikat pekerja dan manajer perusahaan
memperkirakan laju inflasi sebesar angka tertentu, misalnya 10%, maka perilaku
mereka dalam menetapkan upah serta harga-harga akan cenderung menyebabkan timbulnya
inflasi, terlepas dari bagaimana situasi moneter dan kebijaksanaan fiskal yang
dijalankan pemerintah.
2.2
Pembahasan
2.2.1 Inflasi
Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga umum untuk menaik secara umum dan terus menerus
atau juga dapat dikatakan suatu gejala terus naiknya harga-harga barang dan
berbagai faktor produksi umum,secara terus-menerus dalam periode tertentu.Perlu
diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi.
1. Kenaikan
Harga
Harga
barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari harga
sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan
pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu kemarin.
2. Sifatnya
Umum
Kenaik harga suatu
barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang tersebut tidak
menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya : jika harga BBM naik maka
ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi naik ini baru bias disebut
inflasi.
3. Berlangsung
terus-menerus
Naiknya harga suatu
barang tidak dapat di katakan inflasi jika naiknya barang tersebut terjadinya
hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan.
2.2.2 Beberapa faktor masalah sosial yang muncul
dari inflasi yaitu :
1. Menurunnya tingkat kesejahtraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
1. Menurunnya tingkat kesejahtraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
2.2.3
Jenis
inflasi
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu : inflasi ringan, sedang, berat
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10% setahun,
inflasi sedang antara 10%-30% setahun, inflasi berat antara 30%-100% setahun,
dan inflasi hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada diatas 100%.
Menurut tingkat
keparahan atau laju inflasi meliputi:
1).
|
Inflasi Ringan
(Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
|
2).
|
Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
|
3).
|
Inflasi Berat Inflasi yang
tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
|
4).
|
Hiper Inflasi Inflasi
yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami
Indonesia pada masa orde lama.
|
Ada pun Jenis-jenis inflasi, berdasarkan kepada
sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan
kepada tiga bentuk berikut :
Inflasi tarikan
Permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang
tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa.
Inflasi Desakan Biaya,
inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika
tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan menghadapi permintaan
yang bertambah, mereka akan berusaha menaikan produksi dengan cara memberikan
gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi yang
meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang
(inflasi).
Inflasi Di impor,
inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang diimpor.
Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor mengalami kenaikan harga
yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluran
perusahaan-peruasahaan.
Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau
nominal digit inflasinya, dapat dibedakan kedalam :
1. Moderate
Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang masih
percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih berharga.
2. Galloping
Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu,
daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.
3. Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%)
adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat
harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat,
keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai
nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah
melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.
2.2.4
Faktor
- faktor yang mempengaruhi inflasi
Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
inflasi :
1. Demand Pull Inflation Timbul apabila permintaan
agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
2. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi
yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan
penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push
Inflation.
3. Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi
karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
4. Imported Inflation Tingkat inflasi yang terjadi
karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang.
Pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu
gabungan dari dua masalah berikut :
4.1 Tingkat
pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
4.2 Pekerja-pekerja
diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Disamping itu inflasi
dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama, kenaikan harga-harga barang
yang diimpor. Kedua, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti
pertambahan produksi dan penawaran barang. Ketiga, kekacauan politik dan
ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung jawab.
Akibat-akibat buruk
dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah, menurunkan taraf
kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja akan merosot sehingga taraf
hidupnya pun akan menurun. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan
menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan atau diatasi.
Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang
produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Tujuan jangka panjang
pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat
yang sangat rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba
sebagai akibat suatu peristiwa tertentu ysng berlaku diluar ekspektasi
pemerintah misalnya depresiasi nilai uang yang sangat besar atau keadaan
politik yang tidak stabil.
2.2.5
Penyebab
inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu tarikan
permintaan atau desakan biaya produksi.
Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi desakan
biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
2.2.6 Cara mengatasi inflasi
2.2.6 Cara mengatasi inflasi
Usaha untuk mengatasi
terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat
dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah,
yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang
beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat
mengatasi inflasi :
1.
Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan
menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan
ini meliputi:
1.1 Politik diskonto,
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga
bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
1.2 Operasi pasar
terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI.
1.3 Menaikan cadangan
kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
1.4 Kredit selektif,
politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit.
1.5 Politik sanering,
ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada
tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang
dari Rp.1.000 menjadi Rp.1.
2. Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:
2.1 Menaikkan tarif
pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada
pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar.
2.2 Mengatur penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
2.3 Mengadakan pinjaman
pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung,
ini terjadi pada masa orde lama.
3. Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
3.1 Menaikan hasil
produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif
dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga
harga akan menjadi turun.
3.2 Kebijakan upah,
pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan
upah disaat sedang inflasi.
3.3 Pengawasan harga,
kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang
tertentu.
3.4 Kebijakan
yang mendorong pertumbuhan output atau produksi masyarakat, misalnya dengan
cara memberikan fasilitas keringanan pajak atau memberikan subsidi serta
fasilitas kredit murah bagi para pengusaha / produsen yang menghasilkan
komoditi yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak.
5. Melakukan kebijakan
pengendalian harga, yakni dengan menetapkan batasan harga tertinggi (ceiling
price) dan harga terendah (floor price) terhadap berbagi komoditi
strategis yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak. Harga dibiarkan
berfluktuasi pada kisaran tersebut. Bila harga yang berlaku naik menembus
batasan harga tertinggi yang ditolerir oleh pemerintah, maka pemerintah akan
melakukan operasi pasar dengan jalan menjual persediaan barang yang miliki
pemerintah dengan tingkat harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar. Tindakan
ini dimaksudkan agar harga yang berlaku di pasar kembali turun pada kisaran
semula. Sebaliknya bila harga dipasar mengalami penurunan dibawah batas
terendah yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah akan melakukan pembelian terhadap
komoditi tersebut agar harganya naik kembali. Tindakan ini dilakukan agar para
produsen (terutama petani atau pengusaha kecil) tidak menderita kerugian yang
lebih besar sehingga dapat mematikan usaha produsen tersebut.
6. Melakukan kebijakan
penjatahan/catu atau rationing. Kebijakan ini dimaksud agar tidak
terjadi spekulasi penimbunan barang oleh sekelompok masyarakat tertentu.
7. Melakukan impor dari
luar negeri. Namun tindakan ini sering terhambat dengan keterbatasan devisa
yang dimiliki negara tersebut dan terutama bila harga luar negeri yang terjadi
lebih mahal dibanding harga dalam negeri.
8. Melakukan himbauan
kepada masyarakat untuk tidak berprilaku konsumtif dan mengurangi jumlah
konsumsinya. Meskipun upaya ini sangat sulit diharapkan keberhasilannya.
2.2.7
Dampak inflasi
1. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
2. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan
yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini
terjadi, produsen akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya (biasanya
terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada Pengusaha kecil).
3. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2.8
Efek-efek inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (equity effects).
Efek inflasi terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Bagi
kelompok masyarakat yang memperoleh penghasilan tetap (pegawai/pensiunan)
maupun masyarakat berpenghasilan rendah (petani/buruh), inflasi menimbulkan
efek yang merugikan kepada mereka. Hal ini terutama karena menurunnya
pendapatan riil mereka akibat inflasi. Tapi bagi kelompok masyarakat lainnya
(pedagang) mereka justru diuntungkan dengan adanya inflasi. Karena nilai
persediaan barang dagang mereka justru meningkat dengan adanya inflasi.
2. Efek terhadap Efisiensi (efficiency effects).
Inflasi dapat pula mengubah alokasi faktor-faktor
produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap
berbagai barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam
produksi beberapabarang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan akan barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya. Hal ini
kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang
ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi secara lebih efisien
dibanding sebelumnya.
3. Efek terhadap Output (output effects).
Sampai batas tertetu, inflasi dapat menyebabkan
kenaikan produksi karena adanya insentif harga yang dinikmati produsen. Tetapi
apabila laju kenaikan harga ini terus berlanjut dan cenderung tidak terkendali (hiper
inflasi), maka inflasi justru menjadi penghambat peningkatan produksi. Karena
meskipun harga yang diterima produsen cukup tinggi, namun hal ini akan diikuti
dengan kenaikan harga bahan baku dab bahan penunjang, sehingga biaya produksi
meningkat. Peningkatan biaya produksi akan menyebabkan harga jual meningkat lagi
sementara daya beli konsumen semakin menurun.
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
1. Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka
pendek, inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi.
Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi.
Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul. Sesuai
dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan
lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan pemerintah
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.
2.
Secara kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan
harga-harga dan mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat
rendah. Kebijakan pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan
fiskal adalah mengubah pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari
keduanya. Kebijakan moneter dijalankan dengan mempengaruhi kebijakan penawaran
uang dan suku bunga.
3.
Kedua bentuk kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak
untuk meningkatkan kefektifannya.
3.2 Saran
1. Pemerintah
indonesia dalam hal ini BI sebagai otoritas moneter harus tetap menjaga kesetabilan
nilai tukar mata uangnya terhadap dollar AS dalam rentang yang aman dan
terkendali, kesetabilan nilai tukar tetap berpengaruh terhadap naik turunnya
inflasi. Disisi lain pemerintah harus berupaya agar ketergantungan terhadap
produk impor sedikit demi sedikit berkurang.
2. Tingkat
suku bunga sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi peningkatan inflasi
harus dikendalikan oleh BI agar tidak mengganggu iklim berinvestasi bagi para
investor terkhusus lagi untuk kasus di indonesia perlu diperhatikan perbaikan
struktur keuangan kita agar kenaikan variabel tingkat bunga dapat mengurangi
tingkat inflasi.
0 komentar:
Post a Comment